Bisnis.com, SOLO - Pengembangan Pulau Rempang yang akan dijadikan proyek Rempang Eco City menimbulkan kesengsaraan bagi masyarakat.
Masyarakat Melayu yang tinggal di sekitar lokasi proyek mengaku diusir dari rumahnya. Namun pemerintah mengatakan bahwa yang dilakukan bukanlah penggusuran, melainkan pembebasan lahan.
Proyek ini kemudian menimbulkan kegaduhan hingga bentrok antara masyarakat dan pihak berwajib seperti polisi dan tentara.
Baru-baru ini, viral video perlawanan warga Rempang yang dibungkus menjadi narasi yang mengutarakan isi hati mereka.
Dalam video tersebut, masyarakat mengaku terusir dari rumahnya sendiri. Padahal mereka sudah lama tinggal di sana.
Narasi Dibuat untuk BP Batam Muhammad Rudi
Baca Juga
Masyarakat dalam video narasi itu juga seolah berbicara dengan Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam Muhammad Rudi, untuk bisa membantu mereka.
"Pak Rudi, kami risau sekarang pak. Kampung-kampung kami nak diambil dan kami nak digusur dengan alasan investasi China," ucap narator dalam video tersebut.
Disebutkan bahwa masyarakat pun tak lagi bisa tidur nyenyak dan selalu was-was setiap harinya. Keberadaan pihak berwajib dengan membawa senjata pun membuat mereka takut.
"Ditpam, Satpol, Polisi, dan Tentara datang dengan senjata laras panjang. Kami takut, pak,"
Narator pun menyebut bahwa pesan dan protes sudah dilayangkan kepada pihak-pihak terkait. Namun kebijakan yang membuat masyarakat aman belum kunjung diberikan.
Dari situ, masyarakat pun akan terus memperjuangkan haknya untuk tetap bisa tinggal di rumah-rumah mereka yang saat ini akan dijadikan proyek investasi.
"Kami akan pertahankan tanah tumpah darah kami hingga suatu saat pepatah "tak melayu hilang di bumi" akan menjadi nyata di kampung kami,"
Anak Sekolah Jadi Korban Gas Air Mata
Video tersebut kemudian memperlihatkan potongan video bentrok antara warga dan petugas. Turut disematkan pula masyarakat yang menjadi korban kekerasan aparat.
Dalam video itu juga merekam sejumlah anak sekolah menjadi korban tembakan gas air mata. Warga pun terlihat melindungi diri dari semprotan gas air mata.
"Nyawa jadi taruhan jika dicabar. Kampung kami harga mati Pak Rudi,"
Viral di Twitter
Video narasi itu kemudian dibagikan ulang oleh Guru Besar Hukum Tata Negara Denny Indrayana, di platform X (Twitter) pada Rabu (13/9/2023).
"Sedih. Marah. Gundah. Kenapa masih terjadi hal semacam ini, rakyat dikorbankan untuk investasi? Kenapa kita terusir di tanah air sendiri? Di mana merdeka? Di mana hati para penguasa?" tulis Denny.
Unggahannya itu kemudian turut dikomentari oleh netizen yang menyoroti aksi penembakan gas air mata yang menyasar anak-anak sekolah.
Netizen juga ikut menyuarakan protes agar masyarakat di Pulau Rempang bisa mendapat keadilan dari proyek yang kini jadi kontroversi.
Saya tahu, video ini sudah viral. Tetapi izinkan saya ikut mensharenya. Masih tetes airmata saya setiap kali menontonnya. Sedih. Marah. Gundah. Kenapa masih terjadi hal semacam ini, rakyat dikorbankan untuk investasi? Kenapa kita terusir di tanah air sendiri? Dimana merdeka?… pic.twitter.com/HjIhUfz9Rm
— Denny Indrayana (@dennyindrayana) September 13, 2023