Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wajah Shenzhen dan Mimpi Besar Jokowi Tentang Ibu Kota Nusantara

Shenzhen adalah wajah keberhasilan reformasi ekonomi China yang digagas oleh Deng Xiaoping puluhan tahun silam.
Seorang pria berjalan melewati rambu Dilarang Masuk di dekat kantor pusat China Evergrande Group di Shenzhen, provinsi Guangdong, China 26 September 2021./Reuters
Seorang pria berjalan melewati rambu Dilarang Masuk di dekat kantor pusat China Evergrande Group di Shenzhen, provinsi Guangdong, China 26 September 2021./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah berulangkali mengungkap keinginannya tentang ibu kota Nusantara atau IKN. Konsep besarnya adalah smart forest city. Intinya Jokowi ingin IKN serba 'hijau', semuanya harus ramah lingkungan termasuk jenis kendaraan dan sumber energi yang digunakan.

Salah satu orang kepercayaan Jokowi, Luhut Binsar Pandjaitan, kemudian secara blak-blakan menyebut kota Shenzhen sebagai contoh ideal pengembangan IKN. Luhut bahkan mengungkapkan upaya menjalin kerja sama antara Otorita IKN dengan Pemerintah Kota Shenzhen menjadi prioritas utama dalam waktu dekat.

"Kami sepakat mengagendakan kunjungan kembali ke Shenzhen agar dalam waktu enam bulan ke depan kami sudah mendapatkan desain dan detail tata kota untuk pengembangan Ibu Kota Negara Baru," kata Luhut belum lama ini.

Pada tanggal 29 Juli 2023 lalu, otorita IKN telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) kerja sama antara IKN dan Shenzhen. Penandatanganan itu dilakukan oleh Luhut bersama Kepala Otorita IKN Bambang Susantono dan National Development and Reform Commission (NDRC) Zheng Shanjie bersama Wali Kota Shenzhen Qin Weizhong.

Tim IKN juga bertemu dengan UPDIS (Urban Planning and Design Institute of Shenzhen) sebagai institusi yang ikut dalam proses pengembangan Kota Shenzhen. Mereka juga berkesempatan meninjau command center di Shenzhen, serta menyaksikan implementasi beberapa teknologi terakhir terkait smart city yang telah dikembangkan di Kota Shenzhen.

"Untuk mewujudkan visi sebagai kota hutan yang cerdas dan berkelanjutan, IKN terus belajar dan menyerap pengetahuan dari berbagai kota-kota maju di dunia," ungkap Bambang.

Wajah Kota Shenzhen

Shenzhen adalah kota di Provinsi Guangdong, China Selatan. Kota ini bersebelahan dengan Hong Kong yang telah lama memiliki reputasi sebagai pusat finansial global. Kedekatan Shenzhen dengan Kong Kong membuat perkembangan aktivitas kota ini berlangsung cukup atraktif.

Perusahaan-perusahaan yang berkembang menjadi raksasa teknologi global banyak yang berkantor di kota ini. Sebut saja Tencent Holding Ltd, Huawei, Microsoft, hingga induk usaha TikTok, BytDance semuanya berpusat atau setidaknya memiliki kantor penting di kota Shenzhen.

Kemajuan progresif kota Shenzen tentu kontras dengan nasib Bukit Algoritma di Sukabumi, Indonesia yang sampai saat ini terjadi gap yang cukup besar antara ide dan realita lapangan. Bukit Algoritma belum tampak wudujunya dan sepertinya masih terbatas angan-angan para penggagasnya.

Bisnis.com berkesempatan mengunjungi Shenzhen pada tanggal 4-8 September 2023 lalu. Kesan tentang 'kota masa depan' tampak ketika tiba di Bandara International Bao'an. Bandara Bao'an memang didesain futuristik. Mayoritas fasilitasnya telah terdigitalisasi dan tentunya ramah lingkungan.

Bandara ini adalah pintu masuk bagi siapapun, khususnya yang melalui jalur udara, ke kota yang digadang-gadang sebagai 'Silicon Valley'-nya China tersebut. Perjalanan Jakarta ke Shanzen sebenarnya hanya memakan waktu sekitar 5 jam. Namun karena kudu transit alias mampir terlebih dahulu di Pudong Airport, Shanghai, perjalanan Jakarta-Shenzhen bisa memakan waktu hampir 9 jam. Itu kalau tidak ada delay atau kejadian luar biasa lainnya. 

Bisnis.com tiba di Shenzhen pada (4/9/2023) kurang lebih pukul 12.00 waktu Shenzhen. Jika dihitung perjalanan dari Jakarta plus transit dan delay di Shanghai, waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke kota Shenzhen antara 11 sampai dengan 12 jam.

Shenzhen seperti kota-kota lain di China masuk dalam Beijing Standard Time (BST). hanya mengenal satu zona waktu meski wilayahnya sangat luas. Waktu Shenzhen lebih cepat satu jam dari zona Waktu Indonesia Barat yang diterapkan untuk Pulau Jawa, sebagian Kalimantan dan seluruh Sumatra.

Taksi menjadi moda transportasi utama untuk menuju pusat kota Shenzhen. Jarak tempuh dari Bandara Bao'an ke daerah Futian District bisa ditempuh dalam waktu sekitar 34 menit lewat jalan tol atau 40 menit lewat jalan non tol. Biaya taksinya sebanyak 88 RMB atau Yuan. Apabila dirupiahkan sekitar Rp176.000.

Perjalanan menuju kawasan Distrik Futian berlangsung cukup lancar. Jalanan teraspal mulus dan trotoar untuk pejalan kaki sangat lebar. Sedangkan bagi pengguna jalan tol tak perlu memakai uang atau kartu kalau hendak keluar masuk jalan tol Shenzhen. Pengelola jalan tol di kota itu tampaknya telah menerapkan multi lane free flow. Bayar tol tanpa harus berhenti.

Tidak ada titik kemacetan panjang seperti Jakarta. Kendaraan bebas lalu lalang. Mayoritas kendaraan yang lalu lalang di jalanan kota Shenzhen adalah electric vhehicle. Ribuan taksi telah bertransformasi sebagai kendaraan listrik. Kendaraan pribadi maupun kendaraan umum lainnya juga sama menggunakan kendaraan listrik.

Data Biro Statistik Kota Shenzhen, selama periode Januari-Juli 2023, menunjukkan bahwa strategi Shenzhen untuk membina industri-industri baru dan klaster industri membuahkan hasil, khususnya di sektor kendaraan energi baru. Dari Januari hingga Juli, produksi kendaraan energi baru dan tiang pengisi daya masing-masing melonjak sebesar 160,1 persen dan 26,8 persen.

"Motor di sini semuanya EV, selain EV tidak boleh melintas jalan di Shenzhen," ujar sopir taksi yang mengantar ke hotel. Tentu menggunakan bahasa Mandarin.

Transformasi China

Shenzhen merupakan wajah dari keberhasilan transformasi ekonomi China. Transformasi ekonomi China bermula dari kebijakan reformasi ekonomi besar-besaran Deng Xiaoping. Deng Xiaoping adalah pemimpin China yang membawa ekonomi China bangkit pasca kegagalan 'revolusi budaya' era pemimpin Mao (Mao Zedong).

Peneliti China, Kerry Brown dalam artikel berjudul 'Deng Xiaoping Southern Tour' menulis Deng Xiaoping berkeliling ke Selatan China ketika ekonomi China lesu sekitar tahun 1980-an. Tur ke selatan itu menginspirasi Deng Xiaoping untuk mereformasi total ekonomi China.

Hasilnya, China mengalami lompatan yang besar. Mereka mulai membuka tirai besi. Terjadi liberalisasi perekonomian dan upaya masuk dalam pasar bebas. Shenzhen termasuk wilayah yang menjadi sasaran Deng melakukan liberalisasi ekonomi. Liberalisasi ekonomi ala Deng Xiaoping itu dikenal sebagai Zona Ekonomi Khusus atau kalau di Indonesia mengenal istilah Kawasan Ekonomi Khusus.

Letak Shenzhen yang berada di dekat dengan Hong Kong menjadi daya tarik tersebut bagi investasi. Shenzhen kemudian berkembang pesat dari kampung nelayan menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi di China. Kota ini kini menjadi tempat berkantornya banyak perusahaan global. Tencent adalah salah satunya.

Laporan Hurun Global Richt List 2023 menempatkan Shenzhen sebagai kota dengan jumlah miliarder atau orang kaya terbanyak keempat di dunia. Shenzhen berada di bawah Beijing, New York, dan Shanghai. Peringkat ini memang turun dibandingkan tahun sebelumnya yang sebenarnya berhasil mengalahkan kota sekelas New York. 

Meski demikian, Shenzhen tetap berada di posisi 5 besar kota paling banyak dihuni pada miliarder global. Kota ini unggul dari London, bahkan Hong Kong tetangganya yang secara tradisional menjadi 'ibu kota' pasar keuangan di Asia.

Sementara itu, laman resmi Pemerintah Kota Shenzhen mengungkap bahwa Shenzhen telah berkembang menjadi pusat teknologi internasional dan pusat inovasi industri. Kota ini telah memainkan peran utama dalam industri informasi elektronik, Internet, biologi, dan energi baru.

Shenzhen adalah rumah bagi sejumlah besar perusahaan teknologi tinggi seperti Huawei, ZTE, Tencent, BYD, dan DJI.

Dalam Laporan Evaluasi Kemampuan Inovasi Kota Inovatif Nasional tahun 2021 oleh Institut Informasi Ilmiah dan Teknis Tiongkok, kemampuan inovasi Shenzhen menempati peringkat pertama di antara 72 kota inovatif di Tiongkok.

Shenzhen memiliki 20.000 perusahaan teknologi tinggi tingkat nasional pada tahun 2021, dan menduduki peringkat kedua secara nasional. Pada tahun 2021, Shenzhen menduduki peringkat pertama di antara kota-kota besar dan menengah di China dalam hal penerapan PCT (Patent Cooperation Treaty) selama 18 tahun berturut-turut.
 

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Edi Suwiknyo
Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper