Bisnis.com, JAKARTA — Premier Australia Barat Roger Cook dan Menteri Pertanian dan Pangan, Kehutanan, dan Bisnis kecil, Jackie Jarvis berikan respon soal Indonesia yang menghentikan impor sapi hidup Australia.
Seperti diketahui, Indonesia menghentikan impor sapi hidup imbas ditemukan penyakit kulit infeksius yang disebabkan oleh virus lumpy skin disease (LSD). Hal itu turut menjadi perhatian otoritas Australia, yang mengandalkan sapi sebagai salah satu komoditas ekspornya.
"Kami sangat menghargai hubungan yang kami miliki dengan Indonesia dan pentingnya ekspor sapi tersebut. Kemi terus bekerja sama dengan pihak berwenang Indonesia untuk mengklarifikasi isu-isu yang berkaitan dengan keputusan tersebut," jelas Cook, dalam Konferensi Pers Indonesia Connect Roadshow di Ayana Midplaza Hotel, Jakarta, Minggu (3/9/2023).
Cook sendiri bercerita, dia diberitahu bahwa Australia tidak memiliki insiden penyakit kulit tersebut. Untuk itu, penting bagi Australia untuk melakukan pengujian lebih lanjut, dan berdiskusi dengan pihak berwenang untuk memberikan informasi lebih lanjut.
Kemudian, Jarvis sendiri juga mengungkapkan bahwa Australia sedang berupaya dalam mengatasi permasalahan ini dan telah mengonfirmasi bahwa dalam beberapa minggu terakhir lebih dari 1.000 ekor sapi telah diuji di seluruh Australia Utara.
"Ini adalah masalah teknis dan saya dapat meyakinkan Anda bahwa pemerintah negara bagian dan federal bekerja sepanjang waktu untuk menyelesaikan masalah teknis ini," ungkap Jarvis.
Baca Juga
Pihaknya juga telah memberikan hasil pengujian tersebut kepada pemerintah Indonesia. Ia juga dapat mengonfirmasi Australia bebas dari penyakit LSD.
Berdasarkan catatan Bisnis, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Bambang mengungkapkan bahwa penyetopan impor dilakukan selama 60 hari sejak Barantan mengirim surat kepada otoritas Australia pada 12 Juli 2023.
Pihak Australia maupun Indonesia juga akan melakukan pendalaman selama waktu tersebut, untuk mengetahui penyebab dan sumber pasti LSD pada 13 ekor sapi impor Australia.
"Kalau hasilnya negatif maka impornya akan diteruskan impornya, kalau positif [hasilnya] kita hentikan," ujar Bambang di Kementerian Pertanian, Selasa (1/8/2023).