Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif PARA Syndicate Ari Nurcahyo menilai tingginya elektabilitas Menteri BUMN Erick Thohir menjadi penyebab utama Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin memilih hengkang dari koalisi pendukung pencapresan Prabowo Subianto.
Sebagai informasi, belakangan PKB menyambut baik tawaran Partai NasDem untuk menduetkan Anies Baswedan-Cak Imin sebagai calon presiden dan wakil presiden (capres-cawapres). Oleh sebab itu, PKB menyatakan akan pamit dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang usung Prabowo sebagai calon presiden (capres) di Pilpres 2024.
Selain PKB, KIM sendiri terdiri Gerindra, Golkar, PAN, dan PBB. Masing-masing partai itu mengusulkan agar tokoh pilihannya menjadi cawapres untuk Prabowo.
Ari mengatakan tokoh usulan PAN yaitu Erick Thohir menjadi kandidat paling potensial, setidaknya menurut elektabilitas hasil survei beberapa lembaga beberapa bulan belakangan. Di sisi lain, nama Cak Imin tidak belum menunjukkan perbaikan elektabilitas.
Dia menyebut hasil temuan Lembaga Survei Indonesia (LSI) terbaru menunjukkan Cak Imin tak masuk empat besar kandidat yang publik nilai pantas mendampingi Prabowo. Survei LSI ini juga melakukan simulasi duet Prabowo-Cak Imin, namun elektabilitas pasangan ini (32,9 persen) kalah jauh dengan duet Ganjar Pranowo-Erick Thohir (38,9 persen).
Ari mengaku tak tahu secara pasti kenapa nama Cak Imin ini kurang ‘menjual’ di berbagai survei. Dia menduga, elektabilitas Cak Imin masih rendah lantaran banyak tokoh yang berasal dari Nahdlatul Ulama (NU) lain yang cukup populer.
Baca Juga
Dugaan Ari lainnya yaitu posisi tarik-menarik antara PKB dan NU. Ketua PBNU Yahya Cholil Staquf mengatakan bahwa PBNU tak ingin berpolitik praktis. Kitah PBNU yang tak ingin berpolitik praktis dan membebaskan warga NU untuk memilih pilihannya juga turut mempersulit elektabilitas Cak Imin.
“Apa lagi NU kultural yang berasal dari Gusdurian yang masih merekam betul manuver Cak Imin yang ‘mengkhianati’ Gus Dur. Luka politik ini sulit untuk diobati," ujar Ari dalam keterangannya, Jumat (1/9/2023).
Dia menjelaskan, di kalangan Nahdliyin pengkhianatan akan selalu menjadi catatan tersendiri sehingga catatan itu turut mempersulit naiknya elektabilitas Cak Imin. Dugaan kasus kardus durian juga turut memperberat elektabilitas Cak Imin.
"Modal utama untuk meningkatkan elektabilitas adalah sosok yang disukai dan terhindar dari catatan negatif,” lanjut Ari.
Sementara itu, dari hasil survei LSI juga, publik menilai Erick Thohir menjadi paling pantas menjadi cawapres baik untuk Prabowo maupun Ganjar Pranowo. Dengan posisi yang semakin lemah, Ari mengaku tak heran apabila PKB bermanuver cari koalisi baru.
"Pertimbangannya pragmatis saja yaitu untuk kepentingan PKB terlebih dahulu,” kata Ari.
Sebelumnya, PKB akan berpamitan dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang mendukung pencapresan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid mengatakan, pihaknya sudah melakukan rapat pleno terkait tawaran dari Partai NasDem untuk menduetkan Anies Baswedan dengan Cak Imin sebagai pasangan capres-cawapres di Pilpres 2024. Oleh sebab itu, PKB akan otomatis keluar dari koalisi pendukung Prabowo.
"Dengan sendirinya [akan berpamitan dari koalisi pendukung Prabowo]," ungkap Jazilul di Kantor DPP PKB, Jakarta Pusat, Jumat (1/9/2023).
Lebih lanjut, Jazilul mengatakan pihaknya masih finalisasi tawaran duet Anies-Cak Imin dalam forum rapat yang luas dengan para pemegang kepentingan yang ada di PKB seperti para kiai. Dia mengatakan rapat yang lebih luas itu akan diselenggarakan pukul 15.00 WIB hari ini di Surabaya.
Oleh sebab itu, Wakil Ketua MPR ini meminta masyarakat menunggu keterangan lebih lanjut. Dia belum bisa memastikan apakah akan ada deklarasi duet Anies-Cak Imin di Surabaya pada sore ini.
"Namanya tawaran kerja sama, detail kerja samanya, kapan diresmikan kerjasamanya, itu menunggu rapat yang diperluas di Surabaya nanti," ungkapnya.