Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Anies Kritisi Kebebasan Berbicara: Warganet Sebut Wakanda Saat Kritik Jokowi

Anies Baswedan mengkritisi iklim kebebasan berbicara era pemerintahan Presiden Jokowi, yang menurutnya semakin tidak sehat.
Anies Kritisi Kebebasan Berbicara: Warganet Sebut Wakanda Saat Kritik Jokowi. Bakal calon presiden dari koalisi Partai Nasdem, Demokrat, dan PKS, Anies Baswedan dalam acara dengan relawan di Tennis Indoor, Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (21/5/2023)./ Twitter @aniesbaswedan
Anies Kritisi Kebebasan Berbicara: Warganet Sebut Wakanda Saat Kritik Jokowi. Bakal calon presiden dari koalisi Partai Nasdem, Demokrat, dan PKS, Anies Baswedan dalam acara dengan relawan di Tennis Indoor, Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (21/5/2023)./ Twitter @aniesbaswedan

Bisnis.com, JAKARTA – Bakal calon presiden Anies Baswedan mengkritisi iklim kebebasan berbicara era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang menurutnya tidak sehat.

Anies menilai demokrasi bukan hanya soal penyelenggaraan pemilu, tetapi terkait nilai-nilai yang tumbuh di dalam masyarakat.

Nilai itu, contohnya, adalah aspirasi yang seharusnya bisa diproses secara politik tanpa ada rasa takut dan tekanan.

“Nah ini yang sekarang menjadi masalah, karena kita menyaksikan kalau di sosial media, banyak sekali yang mau tulis [apabila ingin kritisi pemerintahan] itu sebutnya Konoha, Wakanda, begitu,” jelas Anies dalam Kuliah Kebangsaan FISIP UI 2023, yang disiarkan kanal YouTube FISIP Universitas Indonesia¸ Selasa (29/8/2023).

Dia mengartikan, kini ada budaya menyensor diri sendiri (self-censorship) saat ingin menyampaikan pendapat di ruang publik. Salah satunya dengan menggantikan kata Indonesia dengan tempat fiksi seperti Konoha dan Wakanda.

Anies menjelaskan, dalam demokrasi seperti yang dianut Indonesia, seharusnya pemerintah mengandalkan kebebasan dan keterbukaan yang ditopang rasa kepercayaan rakyat. Sebaliknya, dalam rezim non-demokratis, pemerintah mengandalkan rasa takut untuk mengontrol rakyatnya.

“Nah kita dalam demokrasi dan ada fear [rasa takut], sesungguhnya ini tanda-tanda yang tidak sehat, karena itu harus dikembalikan. Kebebasan berbicara harus menjadi prioritas yang kita bereskan,” ujarnya.

Mantan gubernur DKI Jakarta ini memberi solusi, setiap pasal dalam aturan perundang-undangan yang mengganggu iklim kebebasan berekspresi harus direvisi. Contohnya, berbagai pasal karet dalam UU No. 19/2016 tentang Informasi dan Transaksi Elktronik alias UU ITE.

“Pasal-pasal karet itu [di UU ITE] dipakai untuk meredam ekspresi kebebasan, itu bermasalah. Kasihan, lapor bengkel bermasalah saja bisa disebut pencemaran nama baik. Padahal pelayanan bengkel, bukan pelayanan pemerintah nih, pelayan bengkel saja,” tutupnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper