Bisnis.com, JAKARTA - Blok Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS) mengirim delegasi ke Niger untuk bernegosiasi dengan para perwira militer yang merebut kekuasaan melalui kudeta pekan lalu, pada Rabu (2/8/2023).
ECOWAS telah memberlakukan sanksi terhadap Niger dan mengatakan dapat mengizinkan penggunaan kekuatan jika para pemimpin kudeta tidak mengembalikan presiden terpilih Mohamed Bazoum dalam waktu sepekan.
Komisioner ECOWAS untuk urusan politik, perdamaian, dan keamanan Abdel-Fatau Musah mengatakan bahwa opsi militer akan menjadi opsi terakhir.
“Opsi militer adalah opsi terakhir di atas meja, pilihan terakhir, tetapi kita harus bersiap untuk kemungkinannya. Ada kebutuhan untuk menunjukkan bahwa kita tidak hanya menggonggong tapi juga bisa menggigit,” katanya di Abuja, seperti dilansir dari Aljazeera, pada Kamis (3/8/2023).
Dia mengatakan bahwa delegasi ke Niger dipimpin oleh mantan pemimpin militer Nigeria Abdulsalami Abubakar, yang diharapkan berada di Niamey untuk memulai pembicaraan dengan pemerintah militer.
Meski begitu, detail lain tentang misi tersebut masih belum jelas. Juru Bicara Komisi ECOWAS Amos Lungu tidak menanggapi permintaan komentar.
Baca Juga
Pemerintah militer di Niger kini dipimpin oleh mantan kepala pengawal presiden Bazoum, Jenderal Abdourahmane Tchiani, yang menahan Bazoum di istananya pada 26 Juli dan kemudian menyatakan dirinya sebagai Kepala Negara.
Sebelumnya, ECOWAS telah mengirim Presiden Benin Patrice Talon dan pemimpin militer sementara Chaidan Mahamat Idriss Deby untuk bernegosiasi dengan Tchiani.
ECOWAS telah mengambil garis kerasnya di Niger, mengumumkan sejumlah sanksi termasuk penutupan perbatasan kawasan dengan negara tersebut.
Blok itu juga menjatuhkan sanksi keuangan pada para pemimpin kudeta dan negara, membekukan semua transaksi komersial dan keuangan antara negara-negara anggota dan Niger, salah satu negara termiskin di dunia yang masuk peringkat terakhir pada Indeks Pembangunan Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa.