Bisnis.com, SOLO - Film Oppenheimer viral karena berkisah tentang Julius Robert Oppenheimer, sang bapak bom atom dunia.
Ada banyak fakta menarik tentang Julius Oppenheimer, mulai dari kecintaannya pada filosofi Hindu hingga kisah pecintaannya dan berada di antara dua pintu.
Namun ketika berbicara tentang Oppenheimer, maka satu peristiwa yang langsung terbesit dalam pikiran yakni Perang Dunia II, tepatnya saat Jepang menyatakan kalah dan menyerah kepada AS.
Peristiwa menyerahnya Jepang diumumkan melalui radio Jepang pada tanggal 14 Agustus 1945 sore hari. Peristiwa ini menandai berakhirnya Perang Dunia II.
Kembali ke tahun 1945, Presiden Truman mengejutkan dunia internasional setelah secara tiba-tiba memerintahkan militernya menjatuhkan bom di Nagasaki dan Hiroshima.
Kota Hiroshima dijatuhi bom atom pada tanggal 6 Agustus 1945 oleh Amerika Serikat. Sebanyak 40.000 orang dan wilayah 47 km persegi hancur akibat bom atom hasil proyek Oppenheimer tersebut.
Baca Juga
Bom ini berlanjut pada tanggal 9 Agustus 1945 dengan di Kota Nagasaki yang selama ini dianggap sebagai alasan menyerahnya Jepang.
Sebagai informasi, bom atom yang dijatuhkan AS ke dua kota besar Jepang tersebut adalah bikinan Bapak Nuklir Dunia, Oppenheimer.
Inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa Oppenheimer menyesal atas temuannya tersebut. Sebab temuan Oppenheimer hanya akan menjadi satu di antara banyak alasan perpecahan dunia, termasuk PD II.
Dua bom atom inilah yang selama ini dianggap menjadi penyebab Jepang menyerah. Tapi itu teori lama. Teori baru mengungkap fakta yang mengejutkan.
Ternyata di balik menyerahnya Jepang ada manuver ditaktor ternama Uni Soviet, Joseph Stalin.
Stalin dan pergerakannya
Pada tahun 1965, sejarawan Gar Alperovitz berpendapat bahwa Jepang memang berencana menyerah terhadap AS sebelum dua bom nuklir dijatuhkan.
Jepang ingin menyerah sebelum AS dan sekutunya memutuskan untuk melakukan invasi ke negaranya yang direncanakan akan dimulai pada 1 November 1945.
Jelas dalam konflik internasional kala itu, invasi jauh lebih mengerikan ketimbang sekadar bom atom. Jika bom atom hanya menyerang Nagasaki dan Hiroshima, invasi bisa melukai semua hal.
Pendapat ini diperkuat dengan teori sejarahwan asal Jepang bernama Tsuyoshi Hasegawa yang mengatakan bahwa bukan bom nuklir yang membuat Negeri Matahari Terbit itu memilih menyerah terhadap AS, tapi wacana invasi.
Dalam buku Hasegawa, disebut bahwa PM Jepang saat itu Kantaro Suzuki, meminta Jepang segera menyerah setelah serangan Soviet.
"Jika kita kehilangan kesempatan menyerah, Soviet tidak hanya akan menduduki Manchuria, Korea dan Sakhalin, tapi juga Hokkaido. Kita harus mengakhiri perang di saat masih bisa deal dengan AS," katanya saat itu.
Para revisionis kenamaan dunia juga merumuskan teori bahwa sebelumnya Jepang berusaha menggunakan Uni Soviet untuk memediasi perdamaian dengan AS.
Namun usaha mereka sia-sia karena sebenarnya Uni Soviet telah melakukan kesepakatan khusus dengan Washington dan London. Ia berjanji akan menyerang Jepang dalam jangka 3 bulan pasca kekalahan Jerman.
Jepang masih bisa bertahan jika "hanya" dibom
Jepang bukan negara ringkih dalam Perang Dunia II. Mereka punya strategi dan kekuatan militer terbaik.
Dengan segala sumber daya dan teknologi yang dimiliki saat itu, serangan bom atom AS "hanya" masalah sepele buat Jepang.
Jepang masih optimistis bisa melawan Sekutu jika mereka mempertahankan wilayah Manchuria dan Korea. Namun tidak jika Uni Soviet menginvasi dua wilayah tersebut.
Inilah yang membuat Terry Charman, pakat sejarah asal London, mengatakan bahwa serangan Soviet mengubah semuanya.
Pemimpin di Tokyo menyadari bahwa sudah tidak ada harapan lagi bagi mereka dan karena itu, serangan Soviet efeknya lebih besar dalam keputusan Jepang untuk menyerah daripada jatuhnya bom atom
Jika ditarik lebih jauh soal duduk masalah Perang Dunia II menurut buku A New History of World War II: Stalin's War karya Sean McMeekin, dikatakan bahwa perang yang muncul di Eropa sejatinya adalah ide Stalin.
Joseph Stalin lah menjadi biang kerok yang melepaskan perang gesekan yang menghancurkan antara Jepang dan anglo-capitalist.
Akan tetapi entah karena kronologi waktu yang bertepatan, atau memang Stalin ingin bergerak di belakang layar, kontribusi pemimpin kejam Uni Soviet itu hampir tak terendus.
Soal penyebab Perang Dunia II, internasional lebih menyalahkan Hitler dan perlakuannya pada kaum Yahudi. Sementara soal menyerahnya Jepang, dianggap karena bom nuklir yang dijatuhkan ke Nagasaki dan Hiroshima.