Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pekerjaan Berat Menarik Minat Pemilih Pemula

Suara milenial dan generasi Z atau Gen Z akan menentukan jalannya Pemilu 2024. Namun muncul pertanyaan, apakah generasi ini tertarik isu politik?
Kaum milenial/Istimewa
Kaum milenial/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA –  Aulia Sabrini Saragih (23) tahu betul Indonesia sudah memasuki tahun politik. Tampang politisi mulai terpampang di pinggir jalan. Mereka juga sibuk keluar masuk kampus untuk sekadar berkunjung atau mengisi seminar.

Aulia adalah mahasiswa tingkat akhir di Medan. Dia tak terlalu tertarik dengan cara politikus jualan lewat baliho dan tetek bengeknya. Aulia bahkan belum memikirkan akan memberikan hak suaranya pada Pemilu 2024 nanti.

 “Sebenarnya masih biasa aja sih. Seperti bakal pilpres [pemilihan presiden] nih 2024, tapi ya udah gitu,” ujarnya kepada Bisnis.

Pemilu 2024 memang menjadi tantangan bagi para politisi, calon presiden dan politikus. Pasalnya, data KPU terbaru menunjukkan bahwa mayoritas pemilih pada pemilu nanti berumur di bawah 40 tahun. Sebagian besar adalah milenial dan Gen Z yang baru pertama kali akan berpartisipasi dalam kontestasi pemilihan umum.

Sementara itu, Intan Afrida Rafni (28) mengaku pernah ikut pemilu. Hanya saja untuk pemilu 2024, Intan belum punya ketertarikan khusus kepada para kandidat calon pemimpin yang akan bertarung pada Pemilu 2024—baik legislator maupun presiden.

“Mungkin ini karena masih masa sosialisasi, jadi kita yang anak muda juga belum terlalu interest [tertarik] banget ke dia,” jelasnya kepada Bisnis.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) sendiri mengategorikan Aulia dan Intan sebagai pemilih muda—mereka yang berumur 40 tahun ke bawah. Berdasarkan daftar pemilih tetap (DPT) KPU, pemilihan muda akan jadi mayoritas di Pemilu 2024 yakni sebanyak 51,93 persen.

Dengan kata lain, suara pemilih muda akan jadi penentu hasil Pemilu 2024. Partai politik, calon anggota legislatif, dan calon presiden-wakil presiden dipastikan akan berebut suara pemilih muda.

Namun, yang perlu digarisbawahi: pemilih muda termasuk golongan abu-abu. Mereka masih bimbang dan sangat mungkin mengubah pilihan politiknya, seperti yang dirasakan Aulia dan Intan.

Pemilih Abu-abu

Pada 8 hingga 13 Agustus 2022, Center for Strategic and International Studies (CSIS) melakukan survei nasional khusus ke pemilih muda (17-39 tahun). Salah satu yang ditanya yaitu soal kemantapan pilihan politik jelang Pemilu 2024.

Hasilnya untuk pilihan presiden; 51 persen menyatakan masih mungkin berubah, sedangkan 49 persen sudah mantap. Sementara untuk pilihan legislatif; 58,1 persen menyatakan masih mungkin berubah, sedangkan 40,8 persen sudah mantap.

Artinya, mayoritas pemilih muda belum punya keyakinan ke salah satu kandidat yang akan bertanding di Pemilu 2024. Mereka bukanlah kelompok pemilih fanatik, namun lebih kritis melihat perkembangan.

Peneliti politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati mengategorikan pemilih muda sebagai undecided voters alias pemilih yang belum punya pilihan pasti.

Peraih gelar Master of Political Science (Advanced) dari Australian National University (ANU) ini merasa, pemilih muda memiliki kecenderungan untuk mencari antitesis atau pertentangan dari sebuah isu yang muncul.

Dia mencontohkan, jika isu korupsi sedang menjadi sorotan maka para pemilih muda akan mencari sosok yang jujur atau tak koruptif; jika kinerja pemerintahan sipil dirasa tak memuaskan maka mereka akan cenderung mencari sosok pemimpin berlatar belakang militer; dan sebagainya.

“Jadi di sini kita perlu melihat bahwa sikap responsif ini yang saya pikir membuat pemilih muda itu tidak terprediksi, maunya ke mana, karena tidak bisa dipukul rata atau tidak bisa diukur secara linier,” ungkap Wasisto kepada Bisnis.

Sementara itu, Youth Researcher Muhammad Faisal meyakini anak muda akan selalu mengutamakan isu di atas yang lain. Anak muda, menurut Faisal, tidak bisa dikelompokkan berdasarkan ideologi melainkan isu yang diminatinya.

Pendiri Youth Laboratory Indonesia ini mencontohkan, ada kelompok anak muda yang peduli dengan isu lingkungan, isu kesehatan mental, isu ruang publik, isu peluang kerja, dan sebagainya.

Sehingga, mereka cenderung lebih sulit didekati hanya dengan membawa satu gagasan atau isu umum. Masalahnya, Faisal melihat belum ada calon kontestan Pemilu 2024 yang membawa berbagai isu khas anak muda itu.

“Mungkin sampai saat ini bagi pemilih pemula ini belum ada yang merasa aspirasi mereka direpresentasikan. Jadi mereka belum cukup vokal, belum cukup aktif untuk menunjukkan pilihan politik mereka,” ungkapnya kepada Bisnis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper