Bisnis.com, JAKARTA — Tekanan air di bawah laut yang menyebabkan ledakan kapal selam wisata bangkai Titanic diibaratkan menghancurkan sekaleng kecil soda.
Kapal selam wisata Titanic itu mengangkut lima orang penumpang pada Minggu (18/6/2023) dan kelimanya tewas setelah hilang di bawah reruntuhan Titanic di Atlantika Utara.
Melansir Independent, Sabtu (24/6/2023), robot bawah laut menemukan puing-puing dari kapal selam Titan OceanGate sekitar 487 meter dari haluan Titanic di kedalaman reruntuhan 3,8 kilometer setelah hilang pada Minggu (18/6/2023).
Awalnya, kapal selam Titan berangkat dengan lima orang di dalamnya untuk menjelajahi reruntuhan Titanic, tetapi kehilangan kontak dengan penjaga pantai Amerika Serikat (AS) satu jam 45 menit setelah menyelam.
Penjaga pantai AS menyimpulkan bahwa kapal selam wisata Titanic mengalami ledakan dahsyat di kedalaman air. Namun, pejabat yang menyelidiki mengatakan masih terlalu dini untuk mengetahui dengan tepat kapan dan bagaimana ledakan itu terjadi.
Kendati demikian, kondisi di dasar laut bisa memberi petunjuk bagaimana peristiwa ledakan kapal selam Titan itu bisa terjadi.
Baca Juga
Setiap orang terkena tekanan atmosfer dan ini berubah tergantung pada seberapa tinggi kita dan apakah kita berada di permukaan tanah atau di bawah air. Tekanan ini sebagaimana telah dijelaskan oleh American Museum of Natural History.
Jika seseorang mencapai permukaan laut, maka tekanan digambarkan sebagai satu atmosfer, yang kira-kira setara dengan satu kilogram berat yang menekan setiap sentimeter persegi.
Begitu seseorang berada di bawah laut, kolom yang menekan meningkat secara signifikan karena harus menghadapi tekanan air yang jauh lebih berat daripada udara. Tekanan meningkat satu atmosfer untuk setiap 10 meter kedalaman laut.
Adapun, pada saat mencapai reruntuhan Titanic, kapal selam Titan akan menghadapi tekanan antara 375 dan 400 atmosfer. Menurut Profesor Eric Fusil, Direktur Shipbuilding Hub di Adelaide University, tekanan tersebut setara dengan 4.000 ton di area seluas satu meter persegi.
"Tekanan ini seperti menghancurkan sekaleng soda hingga seukuran kelereng yang sangat kecil di tangan,” kata Profesor Fusil.
Profesor itu mengatakan bahwa ledakan yang menghancurkan kapal selam Titan adalah "fenomena di mana, pada dasarnya, Anda menghancurkan bejana tekan dari luar".
Fusil melanjutkan bahwa tekanan tersebut mengakibatkan ledakan seketika kapal itu membunuh semua orang dalam waktu 20 milidetik.
Namun, otak manusia, kata Profesor Fusil, tidak dapat memproses informasi secepat itu, sehingga tidak ada seorang pun di dalamnya yang menyadari atau mengetahui apa yang sedang terjadi.