Bisnis.com, JAKARTA - Qatar telah menyepakati untuk memasok gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) ke China dengan kontrak selama 27 tahun. Kesepakatan tersebut menjadi salah satu terbesar yang diamankan di Asia.
Qatar dan China telah menyetujui beberapa kesepakatan dalam pembahasan kerja sama di bidang LNG pada Selasa (20/6/2023).
Adapun, kesepakatan pertama terkait dengan pembelian saham ekuitas proyek perluasan Lapangan Utara gas alam cair Qatar oleh China National Petroleum Corporation (CNPC). Saham ekuitas yang akan diakuisisi oleh CNPC itu setara dengan 5 persen dari satu gas train LNG berkapasitas 8 juta metrik ton per tahun.
Kesepakatan kedua yaitu perjanjian pasokan LNG oleh Qatar sebesar 4 juta metrik ton per tahun kepada China. Perjanjian tersebut berlaku sampai dengan 27 tahun ke depan.
“Hari ini kami menandatangani dua kesepakatan yang akan meningkatkan hubungan kuat kami dengan salah satu pasar gas terpenting di dunia sekaligus pasar utama produk energi Qatar,” ujar CEO QatarEnergy Saad al-Kaabi dikutip dari Reuters Rabu (21/6/2023).
Lebih lanjut, Kaabi mengatakan bahwa QatarEnergy juga dalam pembicaraan dengan pembeli Asia.
Baca Juga
Persaingan pasar LNG telah memanas sejak adanya perang Ukraina. Konflik antara Rusia dan Ukraina telah meningkatkan permintaan LNG di Eropa.
Pasalnya, negara-negara di Benua Biru tersebut harus menggantikan pasokan ekspor gas pipa yang disetop oleh Rusia.
Pada April tahun ini, China Sinopec menjadi perusahaan energi Asia pertama yang menjadi mitra yang memiliki nilai strategis untuk Qatar Energy.
Untuk pengembangan Lapangan Utara, QatarEnergy membutuh investasi sekitar US$30 miliar. Untuk itu, QatarEnergy telah menyepakati sejumlah kemitraan dengan perusahaan minyak internasional.
Namun, QatarEnergy menyatakan akan tetap untuk mempertahankan 75 persen sahamnya pada proyek tersebut.