Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada 26 Wanita Tuding Donald Trump Lakukan Pelecehan Seksual

Setidaknya ada 26 wanita yang menuduh Trump melakukan pelecehan seksual dan untuk pertama kali seorang korban meminta pertanggungjawaban.
Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberi sambutan di pengadilan di New York setelah didakwa oleh dewan juri Manhattan menyusul penyelidikan atas uang tutup mulut yang dibayarkan kepada bintang porno Stormy Daniels, di Palm Beach, Florida, AS 4 April 2023. REUTERS/Marco Bellornrn
Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberi sambutan di pengadilan di New York setelah didakwa oleh dewan juri Manhattan menyusul penyelidikan atas uang tutup mulut yang dibayarkan kepada bintang porno Stormy Daniels, di Palm Beach, Florida, AS 4 April 2023. REUTERS/Marco Bellornrn

Bisnis.com, JAKARTA — Sehari setelah pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) pada 21 Januari 2017, para wanita turun ke jalan sebagai bentuk protes.

Dalam berbagai keadaan, kemarahan dan ketidakpercayaan, jutaan wanita berpartisipasi dalam Women’s March pertama mereka. Lautan topi merah muda memenuhi jalan-jalan di AS.

Para aksi massa, berusaha untuk merebut kembali kekuasaan dan hak pilih mereka dari seorang pria yang secara terang-terangan membahas soalnya penyerangan terhadap wanita.

Enam tahun berselang, setidaknya ada 26 wanita yang menuduh Trump atas tindakan pelecehan seksual dan untuk pertama kalinya, seorang korban meminta pertanggungjawaban mantan Presiden AS tersebut pada Rabu (11/5/2023).

Dia adalah E. Jean Carroll, seorang penulis yang pertama kali membuat pernyataan publik terkait aksi pelecehan yang dilakukan oleh Trump. Carroll mengaku bertemu Trump di pusat perbelanjaan Bergdorf Goodman, Manhattan pada pertengahan 1990-an.

Saat itu, Carroll menyebut bahwa Trump telah menyerang dan menurut dugaannya pria berambut putih itu juga memperkosanya di sebuah ruang ganti.

Tuduhan tersebut langsung ditepis oleh Trump. Menurutnya, kesaksian tersebut hanyalah karangan Carroll yang berprofesi sebagai penulis. Karangan itu, sambungnya, dibutuhkan sang penulis untuk mempromosikan bukunya.

Sementara itu, sebagai tanggapan, Trump menuntut Carroll atas kasus pencemaran nama baik.

Dalam persidangan pada Selasa (9/5/2023), juri dengan suara bulat setuju bahwa Trump bertanggungjawab atas pelecehan seksual terhadap Carroll pada musim semi 1996 lalu.

Keputusan ini mengharuskan Trump untuk membayar kompensasi senilai US$5 juta atas kasus pelecehan dan pencemaran nama baik.

Trump Melawan 

Sesuai prediksi, Trump memilih untuk meluapkan kemarahannya atas kasus tersebut di salah satu media sosialnya, Truth Social. Mantan presiden mengklaim bahwa putusan itu adalah bagian lain dafi konspirasi luas terhadapnya.

Tak tinggal diam, Trump menegaskan bahwa dirinya tentu akan melawan putusan tersebut.
Hampir pasti bahwa dirinya akan menggunakan taktik yang sudah terbukti benar untuk menunda kasus dan mengancam membalas. 

Kasus ini tidak diragukan lagi akan dilipat di bawah tenda sirkus yang telah membuat kita begitu terbiasa, sejak dirinya pertama kali menaiki eskalator emas pada tahun 2015.

Bahkan saat dia mengumumkan kampanyenya, pada hampir satu dekade yang lalu, Trump dengan angkuh berbicara tentang pelecehan seksual, membuat klaim rasis dan palsu bahwa Meksiko mengirim narkoba, penjahat, dan pemerkosa ke AS.

Bagaimana orang seperti itu bisa terpilih sebagai presiden negara paling kuat di dunia? Hari ini, pertanyaannya tidak jauh berbeda - bisakah dia melakukannya lagi?

Sangat mungkin bahwa untuk kedua kalinya, tuduhan pelecehan dan pelanggaran kriminal akan merugikannya secara politik. Bahkan, hal terburuk mungkin saja terjadi, yaitu akhir dari karir politik Trump.

Namun, selayaknya Trump, ada lebih banyak hal yang dipertahukannya daripada sekedar nasib politiknya saja.

Pada 2017, misalnya, ketika jutaan wanita turun ke jalan untuk memprotes pelantikan dirinya, Trump masih berhasil mengumpulkan dukungan yang membawanya ke tampuk kekuasaan.

Dukungan diperoleh Trump setelah dia berjanji untuk memberikan Mahkamah Agung kepada kaum konservatif sebagai bagian dari proyek generasi untuk merusak dan membatalkan Roe v Wade, keputusan pengadilan yang melindungi hak perempuan untuk melakukan aborsi.

Kondisi struktural yang sama memungkinkan Mahkamah Agung untuk membatalkan Roe v Wade dalam menghadapi oposisi demokratis yang luar biasa dan terus mengizinkan negara bagian untuk mengesahkan undang-undang yang kejam dan menindas yang mencegah akses perempuan dan minoritas ke perawatan kesehatan.

Kemenangan E Jean Carroll atas Trump adalah kemenangan yang signifikan. Tapi itu hanya satu bagian dari pertarungan yang jauh lebih besar melawan rasisme dan misogini politik Amerika.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper