Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nasib Industri Baja saat Jerman Menuju Netralitas Emisi Karbon

Berbeda dengan pengecoran tradisional, besi yang digunakan dalam proses baja hijau tidak perlu dilebur.
Tanur sembur tradisional di pabrik Salzgitter./Bloomberg
Tanur sembur tradisional di pabrik Salzgitter./Bloomberg

Teknologi Bersih

Menteri Ekonomi Saarland Juergen Barke mengatakan jika tidak berhasil mencapai transformasi menuju teknologi bersih maka baja akan berakhir di sini.

“Tidak berhasil mencapai transformasi menuju teknologi bersih berarti akhir dari baja di sini. Ini adalah pertanyaan tentang bertahan hidup," katanya yang menyaksikan penutupan pabrik besi yang memproduksi helm baja untuk tentara Kaiser pada Perang Dunia I.

Sementara itu, logam cair mengalir dari perut tiga tanur sembur berbahan bakar batu bara di salah satu tepi fasilitas yang luas, di tempat lain di lokasi, putaran pipa menggunakan tenaga dari turbin angin terdekat untuk mengubah air menjadi hidrogen, yang kemudian dipompa ke dalam bilik untuk memurnikan bijih besi mentah menjadi pelet murni, yang dikenal sebagai spons.

Berbeda dengan pengecoran tradisional, besi yang digunakan dalam proses baja hijau tidak perlu dilebur. Untuk menyelesaikan konversi, bijih yang dimurnikan digabung dengan elemen lain dalam tungku bertenaga listrik mirip dengan panci presto raksasa.

Proses ini menghilangkan sekitar 97 persen emisi karbon tetapi menerapkannya tidak murah. Sementara Salzgitter telah mendapatkan hampir €1 miliar (US$1,07 miliar atau Rp15,9 triliun) dalam bentuk bantuan negara, fase pertama dari transisi diperkirakan akan menelan biaya yang sama besarnya dengan perusahaan sebesar €2,4 miliar atau Rp39,7 triliun.

Agar produksi baja ramah lingkungan berhasil dalam jangka panjang, Salzgitter perlu memastikan bahwa ia memiliki daya terbarukan yang cukup dan infrastruktur yang tepat untuk mengubah energi menjadi hidrogen dan bahwa pelanggan, atau pemerintah, bersedia menanggung biaya yang berpotensi lebih besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper