Bisnis.com, JAKARTA – Penetapan 1 Syawal atau Hari Raya Idul Fitri di Indonesia, kerap terjadi perbedaan pendapat dari organisasi kemasyarakatan tertentu dan pemerintah. Hal ini disebabkan oleh bedanya kepercayaan kriteria hilal atau bulan untuk memasuki bulan baru.
Cara melihat hilal atau biasa disebut dengan rukyatul hilal ini bisa menggunakan alat profesional. Untuk mengetahui tanggal 1 Syawal, orang yang bertugas akan mengatur alat tersebut untuk hari ini, 20 April 2023 pada jam 16.40 untuk wilayah Surabaya.
Hari ini, tepatnya pukul 11.12 WIB akan terjadi gerhana matahari hibrida. Lantaran terjadi di tengah hari, maka posisi bulan terhadap matahari ada di puncak langit. Di Surabaya, bulan akan terlihat di depan matahari pada menit berikutnya atau 11.13 WIB.
Pada saat inilah disebut dengan konjungsi atau ijtima. Mengutip NU Online, ijtima’ atau konjungsi bulan–matahari adalah sejajarnya matahari dan bulan dalam satu garis bujur ekliptika yang sama secara geosentrik (haqiqy), yakni jika ditinjau dari titik pusat bumi (bukan permukaan bumi).
Pada pukul 11.13 WIB ini, posisi matahari berada di ketinggian 70 derajat di atas ufuk atau horison, dan bulan berada di depannya, menghalangi cahaya matahari masuk ke bumi.
Fenomena gerhana matahari ini, menjadi tanda berakhirnya bulan Ramadan, berkaitan dengan telah terjadinya ijtima’ atau konjungsi. Seiring dengan berjalannya waktu, pada pukul 15.00 WIB, jarak antara bulan dan matahari akan semakin jauh elongasinya.
NU Online menyebut, elongasi adalah busur yang ditarik dari pusat cakram Matahari secara langsung menuju ke pusat cakram bulan secara geosentrik (haqiqy).
Sementara, pada pukul 17.15 WIB, matahari sudah semakin mendekati ufuk. Lalu ketika matahari tenggelam, ketinggiannya menjadi 0 derajat. Sementara pada saat yang sama, bulan memiliki ketinggian 1 derajat 58 menit atau kurang dari 2 derajat.
Disini lah, letak perbedaan keyakinan kriteria hilal di Indonesia. Nahdlatul Ulama (NU) dan umumnya dibersamai oleh pemerintah, menetapkan kriteria imkan rukyah adalah 3 derajat untuk ketinggian hilal mar'inya dan 6,4 derajat untuk elongasi hakikinya.
Namun, ada juga kalangan yang meyakini wujudul hilal menggunakan hisab, ketinggian hilal 1 derajat 58 menit tadi, pada saat matahari tenggelam, sudah bisa dipastikan pada waktu magrib hari itu telah memasuki tanggal 1 Syawal.
Terlebih, adanya gerhana pada pukul 11.12 WIB yang menjadi tanda berakhirnya bulan Ramadan, lalu menggenapkan hari hingga waktu magrib. Lantaran dimulainya hari terhitung sejak waktu magrib atau tenggelamnya matahari.
Dengan demikian, kalangan wujudul hilal menggunakan hisab ini akan meyakini jika Hari Raya Idul Fitri jatuh pada Jumat, 21 April 2023.
Namun, bagi kalangan seperti NU yang meyakini imkan rukyah, ketinggian bulan yang hanya mencapai 1 derajat 58 menit pada saat matahari tenggelam pada Kamis, 20 April 2023, belum memenuhi kriteria, yaitu minimal ketinggian 3 derajat dan elongasinya harus 6,4 derajat.
Dengan demikian, baik NU maupun pemerintah akan menggenapkan bulan Ramadan menjadi 30 hari dan menetapkan 1 Syawal pada hari berikutnya, yaitu Sabtu 22 April 2023.