Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah dijadwalkan menggelar sidang isbat pada hari ini, Kamis, 20 April 2023, untuk menentukan awal 1 Syawal 1444 H. Hari raya Idulfitri atau Lebaran kali ini diperkirakan bakal beragam karena ada yang menetapkan Jumat, 21 April 2023.
Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan 1 Syawal 1444 H atau Idulfitri 2023 jatuh pada Jumat, 21 April 2023. Penetapan tersebut termuat dalam maklumat PP Muhammadiyah “Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, Zulhijjah 1444 H" di Yogyakarta, Senin (6/2/2023).
Muhammadiyah menggunakan Metode Hisab Wujudul Hilal untuk menentukan kalender hari besar keagamaan umat Islam, termasuk Idulfitri. Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menjelaskan alasan metode hisab wujudul hilal digunakan untuk menetapkan 1 Syawal karena tiga hal.
Menurutnya, tiga landasan itu karena teologis, sains, dan praktis sehingga memudahkan umat dalam menentukan agenda penting lainnya. Pertama, landasan teologis atau keagamaan berasal dari Alquran maupun hadis.
Di dalam Alquran tidak sedikit surat yang menerangkan tentang metode hisab untuk menentukan waktu, termasuk hadis Nabi Muhammad SAW. Kedua, adalah sains, yakni Islam merupakan agama yang cinta pada ilmu yaitu prinsip keberadaan.
Ketiga, praksis atau kemudahan. Praksis bukan berarti pragmatis, tetapi kemudahan yang diberikan oleh agama. “Muhammadiyah memandang kemudahannya banyak dari metode hisab itu,” ujar Haedar seperti dikutip dari situs Muhammadiyah.or.id.
Baca Juga
Salah satu kemudahan yang didapatkan dari penggunaan metode hisab hakiki wujudul hilal umat akan lebih mudah menentukan rencana, karena penentuan waktu-waktu penting bagi umat Islam.
Penentuan Lebaran Melalui Metode Sidang Isbat
Adapun pemerintah melalui Kementerian Agama menentukan awal Idulfitri melalui sidang Isbat. Ormas Nahdatul Ulama pun mengikuti metode ini untuk menetapkan awal Lebaran.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag Kamaruddin Amin menyampaikan pelaksanaan sidang Isbat penentuan 1 Syawal 1444 H akan dilakukan berdasarkan tiga tahap atau sama seperti tahun-tahun sebelumnya, yakni pemaparan posisi hilal, pelaksanaan sidang isbat dan konferensi pers hasil sidang isbat.
Sidang yang juga akan diikuti oleh Komisi VIII DPR RI, pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI), duta besar negara sahabat, perwakilan pimpinan organisasi masyarakat Islam, serta Tim Hisab Rukyat Kemenag, akan diawali dengan seminar pemaparan posisi hilal pada hari ke-29 Ramadan.
Berdasarkan data hisab, pada hari Kamis, 29 Ramadan 1444 H/20 April 2023 M, posisi hilal saat matahari terbenam di seluruh wilayah Indonesia berada di atas ufuk dengan ketinggian antara 0° 45' (0 derajat 45 menit) sampai 2° 21,6' (2 derajat 21,6 menit) dengan sudut elongasi antara 1° 28,2' (1 derajat 28,2 menit) sampai dengan 3° 5,4' (3 derajat 5,4 menit).
Berdasar hisab kriteria baru MABIMS awal bulan dinyatakan masuk dan tiba bila memenuhi parameter ketinggian hilal minimal 3 derajat dan sudut elongasi 6,4 derajat, disingkat 3-6,4. MABIMS adalah kumpulan Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura guna mengusahakan unifikasi kalender hijriah.
Bila melihat data hisab, kriteria hilal dan sudut elongasi belum memenuhi kriteria MABIMS. Kemungkinan besar Idulfitri 2023 hasil sidang Isbat bakal jatuh pada hari Sabtu, 22 April 2023.
Atas potensi perbedaan penetapan awal Lebaran antara Muhammadiyah dan Pemerintah, Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menekankan bahwa tidak ada perpecahan umat Islam di Indonesia.
Menurutnya, perbedaan menjadi rahmat yang harus disyukuri. "Saya kira tidak ada perselisihan, perbedaan itu biasa yang penting bagaimana perbedaan yang ada tidak menyebabkan perpecahan," tambah dia.
Dengan adanya potensi perbedaan Idulfitri ini, Yaqut mengimbau pemerintah daerah tetap menyediakan fasilitas ibadah Salat Id