Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) berada di belakang tekanan yang dilakukan otoritas Ukraina terhadap sayap Gereja Ortodoks yang berpihak pada Rusia di Kyiv.
Melansir Reuters, Senin (3/4/2023), Gereja Ortodoks Ukraina (UOC), yang menurut Kyiv memiliki hubungan dengan Rusia, menentang perintah penggusuran pekan lalu dari biara Kyiv-Pechersk Lavra di Ibu Kota.
Pada Sabtu (1/4/2023), seorang ulama Ukraina dari gereja tersebut dijatuhi hukuman tahanan rumah.
"Bukan rahasia lagi bahwa rezim (Presiden Volodymyr) Zelensky tidak independen dalam kebijakan anti-klerikalnya. Perpecahan Ortodoks, mengenai bidang kehidupan ini, adalah tujuan yang telah lama dicanangkan di Washington," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan tanpa memberikan bukti.
"Penangkapan Kyiv-Pechersk Lavra oleh otoritas Kyiv saat ini adalah tindakan tidak sah dari sudut pandang hukum dan tidak bermoral dari sudut pandang spiritual."
Para pejabat Ukraina menindak Gereja Ortodoks Ukraina (UOC) yang pro-Rusia. Para pengurus gereja pun diperintakan meninggalkan kompleks biara Kyiv-Pechersk Lavra yang berusia 980 tahun, tempat kantor pusatnya berada.
Baca Juga
Melansir Reuters, Sabtu (11/3/2023), Kyiv menindak UOC - yang menerima otoritas patriark Moskow setelah Rusia meluncurkan invasi skala penuh tahun lalu - dengan alasan pro-Rusia dan bekerja sama dengan Moskow.
Patriark Moskow, Kirill, sangat mendukung invasi tersebut. Namun, UOC mengatakan telah memutuskan hubungannya dengan Rusia dan patriarkat Moskow, dan menjadi korban perburuan "penyihir politik".
Sementara, Kementerian kebudayaan Ukraina mengatakan UOC telah diperintahkan untuk meninggalkan kompleks biara Kyiv-Pechersk Lavra yang berusia 980 tahun, tempat kantor pusatnya berada.
Dalam sebuah pernyataan, disebutkan bahwa penyelidikan telah mengungkap UOC "melanggar ketentuan perjanjian mengenai penggunaan properti negara", tetapi Ukraina tidak memerinci pelanggaran itu.