Bisnis.com, JAKARTA - Elektabilitas Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir naik.
Dia digadang-gadang sebagai calon wakil presiden (cawapres) 2024.
Berdasarkan Survei Indikator Politik Indonesia nilai elektabilitas Erick naik ke angka 17,6 persen. Padahal, pada bulan November lalu elektabilitasnya hanya 12,9 persen.
Dekan Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Brawijaya mengatakan bahwa kenaikan elektabilitas Erick karena dia berhasil menjadi ketua pelaksana Harlah NU dan Ketua PSSI.
Keberhasilan tersebut memberi dampak yang signifikan bagi elektabilitas Erick di mata publik. Sebab, ketika Erick menjadi Ketua Pelaksana Harlah NU dan Ketua PSSI, media banyak meliput kegiatannya.
“Kalau untuk kinerja di BUMN, memang ada yang menilai berhasil dan ada yang menilai sebaliknya. Selain itu yang mengerti mengenai kinerja positif Erick di BUMN adalah kalangan menegah atas dan pebisnis. Sedangkan yang disurvei oleh Indikator semua lapisan masyarakat. Saya yakin elektabilitas Erick akan terus naik,” kata Andy kepada wartawan, Senin (27/3/2023).
Baca Juga
Sementara itu, untuk capres versi Indikator Politik Indonesia, saat ini tepaku pada tiga calon yaitu Ganjar Pranowo (36,8 persen), Prabowo Subianto (27 persen)dan Anies Baswedan (26,8 persen).
Dari ketiga kandidat tersebut nama Ganjar konsisten menguat. Prabowo mengalami peningkatan yang signifikan sejak Februari lalu(18,2 persen), sementara penurunan yang signifikan dialami Anies sejak Desember tahun lalu
Menurut Andy turunya nama Anies disebabkan banyaknya serangan negatif kepadanya sejak dideklarasikan menjadi capres oleh Koalisi Perubahan.
“Jika dikemas sebagai sosok pribadi dan ingin silaturahmi dengan berbagai komponen masyarakat di berbagai daerah, itu sah saja. Namun kenyataannya Anies melakukan safari politik untuk memperkenalkan sebagai cawapres. Tentu ini dijadikan senjata bagi lawan politiknya,” tutur Andy.
Selain itu, stigma politik identitas yang masih kental melekat juga memberi dampak negatif kepada Anies.
Dia menilai sulit melepaskan stigma politik identitas dari Anies. Sebab, ketika Anies naik menjadi Gubernur DKI Jakarta, tim suksesnya mempergunakan isu politik identitas.