Bisnis.com, JAKARTA - Pasukan garis depan Ukraina dan Rusia berhadapan di luar Kota Bakhmut yang diperebutkan dengan sengit, seorang kru menyesuaikan senjatanya sebelum menembakkan tujuh peluru.
Tembakan artileri keluar dan masuk memenuhi udara pada Kamis (16/3/2023) dalam peperangan yang telah menandai beberapa bulan terakhir di daerah tersebut.
Melansir Reuters, rentetan tembakan senjata ringan juga terdengar jelas sekitar 1,5-2,0 km dari garis depan, tidak jauh dari jalan yang mengarah dari Bakhmut ke barat ke kota berikutnya Chasiv Yar - rute keluar penting bagi pasukan Ukraina yang terancam dikepung .
"Situasi (di depan) cukup sulit, tapi stabil," kata Myron, seorang prajurit Brigade Serangan Udara ke-80 yang menolak menyebutkan nama lengkapnya.
"Musuh terus-menerus mencoba menyerang kami, dan kami mempertahankan posisi kami dengan cukup efektif," kata pria berusia 37 tahun itu kepada Reuters di bunker bawah tanah di ujung parit zig-zag tempat unit mortir tidur, makan, dan tetap hangat.
"Kami sudah berdiri di sini cukup lama, dan brigade kami belum menyerahkan posisi apa pun."
Baca Juga
Sejak serangan balasan besar-besaran Ukraina tahun lalu, perang telah berubah menjadi konflik yang terus meningkat di sepanjang garis depan yang membentang dari perbatasan Rusia di utara hingga semenanjung Krimea yang dicaplok di Selatan.
Puluhan ribu tentara dan warga sipil telah terbunuh dan terluka di kedua pihak (Rusia dan Ukraina). Rusia menguasai wilayah utama termasuk Bakhmut, namun Kyiv mengatakan bertekad untuk bertahan.
Ukraina mendesak sekutunya di Barat untuk memasok perangkat keras dan amunisi militer yang lebih modern - unsur penting dalam apa yang telah menjadi duel artileri yang sengit.
Ihor, seorang tentara berusia 36 tahun di posisi mortir, mengatakan mereka menjadi sasaran serangan udara, tembakan mortir, dan penembakan tank.
Di kota sebelah Chasiv Yar, tim evakuasi sukarelawan mengendarai minibus melalui jalan berlubang di antara rumah-rumah kecil, banyak di antaranya menjadi reruntuhan saat tembakan artileri mengguncang tanah.
Puluhan warga lanjut usia masih tinggal di sana, dan sekitar 20 orang berkumpul di truk tangki air untuk mengisi kontainer untuk dibawa pulang.