Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Romo Magnis: Jadi Politisi Mahal, Rakyat Kecil Tak Terwakili

Romo Magnis menilai biaya jadi politisi sangat mahal menjadi pemicu suara rakyat kecil sering tak terwakili politisi.
Surya Dua Artha Simanjuntak
Surya Dua Artha Simanjuntak - Bisnis.com 17 Maret 2023  |  16:07 WIB
Romo Magnis: Jadi Politisi Mahal, Rakyat Kecil Tak Terwakili
Tokoh katolik dan budayawan Indonesia, Franz Magnis Suseno - Monalisa

Bisnis.com, JAKARTA - Guru Besar Sekolah Tinggi Filsafat Driyakara Franz Magnis Suseno alias Romo Magnis menilai biaya jadi politisi sangat mahal mengakibatkan suara rakyat kecil sering tak terwakili.

Romo Magnis memberi contoh, dia pernah bertanya kepada salah anggota DPR di Jerman terkait biaya yang dihabiskannya untuk jadi wakil rakyat. Ternyata, sebesar €13.00 atau sekitar Rp200 juta.

Dia pun menggarisbawahi, tak masalah orang bermodal jadi wakil rakyat di DPR sebab belum tentu mereka buruk. Masalahnya, orang kaya tak bisa merasakan yang orang kecil rasakan.

"Orang yang punya modal itu juga baik-baik, tapi bagaimana dia bisa mewakili orang kecil?" jelas Romo Magnis dalam Seminar Nasional: Menyongsong Kontestasi Demokrasi di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Jumat (17/3/2023).

Dia mengatakan, dahulu waktu dirinya pertama kali mengajar sebagai professor, penghasil perbulannya sekitar Rp5 juta. Dengan penghasilan segitu, lanjutnya, tak mungkin orang sepertinya bisa jadi politisi di parlemen.

Meski begitu, Romo Magnis mengatakan tak ada yang bisa disalahkan atas masalah itu sebab akarnya sudah jauh merambat. Sekarang, lanjutnya, yang bisa dilakukan yaitu mencari solusi untuk mengatasinya.

"Ini masalah struktural... [Ini] bukan masalahnya kehendak baik tapi supaya bagaimana bisa diurus," ujar ahli filsafat itu.

Oleh sebab itu, Romo Magnis berharap ke depannya akan ada lebih banyak politisi dan wakil rakyat yang berasal dari wong cilik alias orang kecil. Dengan begitu, akan ada lebih banyak kebijakan yang merepresentasikan orang kecil.

"Saya rasa kita perlu lebih banyak perwakilan rakyat yang biasa. Orang bermodal, pemikiran bisa lain, tidak sama mewakili orang yang diwakili," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

pemilu jerman
Editor : Edi Suwiknyo

Artikel Terkait



Berita Terkini

back to top To top