Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah kejadian penting dalam perang Rusia vs Ukraina berlangsung sepanjang Senin (13/3/2023). Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan, bahwa masa depan Ukraina bergantung pada hasil pertempuran dengan Rusia di sekitar Bakhmut.
Rusia dan Ukraina, menggambarkan pertempuran tanpa henti saat Moskow mengintensifkan serangan untuk merebut kota kecil di Timur Ukraina itu.
Berikut rangkuman perang Rusia vs Ukraina:
ICC Segera Tangkap Pejabat Rusia
Melansir Reuters dan Bloomberg, Selasa (14/3/2023), Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) diperkirakan akan menangkap pejabat Rusia karena mendeportasi paksa anak-anak dari Ukraina dan menargetkan infrastruktur sipil, kata seorang sumber kepada Reuters.
Moskow pasti akan menolak surat perintah penangkapan terhadap para pejabatnya. Tetapi penuntutan kejahatan perang internasional dapat memperdalam isolasi diplomatik Moskow atas invasi yang telah menewaskan ribuan warga sipil dan memicu pertempuran paling sengit di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.
Bakhmut telah menjadi fokus utama serangan Rusia, dengan pertempuran infanteri berdarah selama berbulan-bulan menimbulkan kerugian besar pada Rusia dan Ukraina.
Pasukan Rusia yang dipimpin oleh tentara swasta Wagner telah merebut kota kecil di bagian Timur Ukraina, tetapi sejauh ini gagal mengepungnya.
Baca Juga
Zelensky mengatakan dalam pidato video pada Senin (13.3.2023) malam bahwa masa depan Ukraina bergantung pada hasil di Bakhmut dan daerah lain yang dilanda perang di wilayah Donetsk, bagian Timur negara itu.
“Sangat sulit di Rimur – sangat menyakitkan. Kita harus menghancurkan kekuatan militer musuh. Dan kita akan menghancurkannya,” kata Zelensky.
Rusia mengatakan merebut Bakhmut akan membuka jalan untuk merebut seluruh Donetsk, tujuan utama perang. Adapun, militer Ukraina mengatakan belum menarik diri dari Bakhmut karena menimbulkan kerugian besar pada pasukan penyerang Rusia yang akan memudahkan untuk melakukan serangan balik akhir tahun ini.
Di dekat Kreminna, utara Bakhmut, tentara Ukraina menangkis serangan intensif.
Penyelidikan Kejahatan Perang
Ukraina dan sekutunya di Barat mengatakan Rusia telah melakukan "kejahatan terhadap kemanusiaan" selama invasi lebih dari setahun dengan menargetkan warga sipil dan infrastruktur sipil, tuduhan yang dibantah Moskow.
ICC, yang membuka penyelidikan atas kemungkinan kejahatan perang di Ukraina tahun lalu, diperkirakan akan meminta surat perintah pertamanya terhadap pejabat Rusia sehubungan dengan konflik "dalam jangka pendek", kata seorang sumber yang mengetahui masalah tersebut.
Tidak jelas pejabat Rusia mana yang akan dimintai surat perintah oleh jaksa penuntut atau kapan mereka akan datang, tetapi mereka bisa memasukkan kejahatan genosida, kata sumber itu.
Kantor kejaksaan ICC menolak berkomentar. Kementerian pertahanan Rusia tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Kesepakatan Biji-Bijian
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Vershinin mengatakan Moskow tidak menentang perpanjangan kesepakatan ekspor biji-bijian dari Laut Hitam, tetapi hanya untuk 60 hari, lapor Tass. Konsultasi di Jenewa dengan PBB tidak sederhana, kata kantor berita yang dikelola pemerintah mengutip pejabat Rusia tersebut.
Kesepakatan yang berakhir pada 18 Maret dapat berlangsung selama 120 hari, jika tidak ada pihak yang keberatan dalam proses tersebut.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah menekankan pentingnya menjaga pakta yang memungkinkan Ukraina untuk mengirimkan sekitar 24 juta ton hasil panen sejak disepakati pada bulan Juli.
Tapi Ukraina dengan cepat menolak.
Menteri Infrastruktur Ukraina Oleksandr Kubrakov mengatakan di Twitter bahwa proposal Rusia bertentangan dengan kesepakatan, yang menurutnya memberikan perpanjangan setidaknya 120 hari. Ukraina sedang menunggu posisi resmi PBB dan Turki sebagai penjamin inisiatif tersebut, katanya.
Diplomasi Xi Jinping
Presiden China Xi Jinping berencana untuk berbicara melalui tautan video dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Ini akan menjadi pembicaraan pertama mereka sejak invasi Rusia tahun lalu.
Melansir Bloomberg, Selasa (14/3/2023), pembicaraan keduanya akan berlangsung setelah kunjungan Xi ke Rusia pekan depan, menurut Wall Street Journal.
Meskipun tidak ada konfirmasi resmi atas perjalanan itu baik dari Kremlin maupun Beijing, kedua negara telah mengatakan selama berminggu-minggu bahwa kunjungan Xi sedang direncanakan karena China mencoba memposisikan dirinya sebagai perantara untuk mengakhiri konflik.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah menggembar-gemborkan kunjungan semacam itu sebagai unjuk dukungan, tetapi hal itu dapat dibayangi oleh kemungkinan bahwa Xi dapat berbicara secara terpisah melalui tautan video ke Zelensky untuk pertama kalinya sejak invasi.
Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan mengatakan Ukraina belum mengonfirmasi panggilan tersebut.