Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bersumpah untuk menghancurkan kekuatan militer Rusia saat pertempuran berdarah-darah berlanjut di Kota Bakhmut, di bagian Timur negara itu.
Melansir Bloomberg, Selasa (14/3/2023), kabinet mengusulkan meningkatkan pengeluaran pertahanan sebesar US$14 miliar untuk dapat melumpuhkan pasukan Rusia.
Hal itu disampaikan Zelensky dalam pidato video, Senin (13/3/2023) malam.
Anggaran itu akan digunakan untuk memperkuat kemampuan pertahanan Ukraina, termasuk untuk membeli drone, katanya.
Jika disetujui, Ukraina akan membelanjakan 26,6 persen dari PDB untuk pertahanan, menurut pernyataan sebelumnya dari Kementerian Keuangan.
“Kami akan melakukan segala yang mungkin dan tidak mungkin untuk memperkuat prajurit kami,” kata Zelensky.
Bakhmut telah menjadi fokus utama serangan Rusia dengan pertempuran infanteri berdarah selama berbulan-bulan menimbulkan kerugian besar pada Rusia dan Ukraina. Pasukan Rusia yang dipimpin oleh tentara swasta Wagner telah merebut timur kota tetapi sejauh ini gagal mengepungnya.
Melansir Reuters, Selasa (14/3/2023), Zelensky menegaskan dalam pidatonya, bahwa masa depan Ukraina bergantung pada hasil di Bakhmut dan daerah lain yang dilanda perang di wilayah Donetsk bagian Timur negara itu.
“Sangat sulit di Timur – sangat menyakitkan. Kita harus menghancurkan kekuatan militer musuh. Dan kita akan menghancurkannya,” kata Zelensky.
Rusia mengklaim merebut Bakhmut akan membuka jalan untuk merebut seluruh Donetsk, tujuan utama perang.
Sementara itu, militer Ukraina mengatakan belum menarik diri dari Bakhmut karena menimbulkan kerugian besar pada pasukan penyerang Rusia yang akan memudahkan untuk melakukan serangan balik akhir tahun ini.
Di dekat Kreminna, Utara Bakhmut, tentara Ukraina menangkis serangan intensif.
Di hutan sekitar 8 km (5 mil) dari depan, meriam menggelegar, menargetkan posisi musuh di Timur Laut. Ledakan terus bergemuruh di kejauhan, pertanda pertempuran sengit.
"Dua atau tiga minggu lalu pertempuran mencapai puncaknya tetapi sudah sedikit tenang," kata Mykhailo Anest, seorang petugas medis berusia 35 tahun.
"Ada banyak tembakan artileri dan mortir."