Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Kesehatan menemukan 232 kasus suspek baru campak di Indonesia. Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Siti Nadia Tarmizi mengatakan, kasus suspek ini bahkan telah teridentifikasi sejak minggu pertama Januari 2023.
Nadia mengungkapkan, pihaknya kini masih melangsungkan pemeriksaan laboratorium terhadap 232 kasus suspek tersebut. Namun, dipastikan bahwa belum ada kasus campak yang kini telah dikonfirmasi oleh Kemenkes.
"Saat ini sudah ada yang dilaporkan suspek campak yang masih dalam proses pemeriksaan. Saat ini kasus campak yang confirm belum ada, tapi sudah ada 232 suspek yang dilaporkan," katanya di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, Jumat (27/1/2023).
Sementara itu, kasus yang terus mengalami pertambahan ini ternyata dapat dipastikan belum memberikan dampak pada bertambahnya jumlah provinsi yang mengeluarkan pernyataan kejadian luar biasa (KLB) campak.
Jumlah tersebut masih sama dengan data yang terakhir terakhir diungkap oleh Kemenkes, yakni sebanyak 55 KLB di 34 kabupaten/kota di 12 provinsi Indonesia.
"Kalau saat ini di 2023, belum ada provinsi yang menyatakan KLB. Masih status yang sama, bahwa 53 kejadian KLB di 34 kabupaten/kota di 12 provinsi," tuturnya.
Adapun, jumlah kasus campak di Indonesia kembali mengalami peningkatan pada 2022. Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menuturkan, jumlah kasus campak yang tercatat pada tahun lalu itu bahkan naik hingga 32 kali lipat dari total kasus yang dilaporkan pada 2021.
Menurutnya, pemberian vaksin Covid-19 yang menjadi fokus utama pemerintah saat itu ternyata membuat banyak pihak lupa akan kepentingan untuk menerima berbagai jenis vaksin lainnya.
"Sama seperti polio, karena kita semua sibuk sama vaksinasi Covid-19, vaksinasi yang lain ketinggalan. Orang yang divaksinasi itu-itu saja, puskesmasnya juga itu-itu saja," kata Budi di Gedung A.A. Maramis, Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Kamis (26/1/2023).
Oleh karena itu, Kemenkes yang tak ingin kembali mengulangi kesalahannya kala itu, kini berkomitmen untuk meningkatkan cakupan vaksinasi campak di Indonesia setelah perkembangan kasus Covid-19 terkendali.
Mereka memutuskan untuk menyelenggarakan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) dan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) pada Juli-Agustus 2022. Budi kemudian mengklaim program tersebut telah berpengaruh besar terhadap penurunan jumlah kasus campak di Indonesia.
Nadia mengungkapkan, pihaknya kini masih melangsungkan pemeriksaan laboratorium terhadap 232 kasus suspek tersebut. Namun, dipastikan bahwa belum ada kasus campak yang kini telah dikonfirmasi oleh Kemenkes.
"Saat ini sudah ada yang dilaporkan suspek campak yang masih dalam proses pemeriksaan. Saat ini kasus campak yang confirm belum ada, tapi sudah ada 232 suspek yang dilaporkan," katanya di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, Jumat (27/1/2023).
Sementara itu, kasus yang terus mengalami pertambahan ini ternyata dapat dipastikan belum memberikan dampak pada bertambahnya jumlah provinsi yang mengeluarkan pernyataan kejadian luar biasa (KLB) campak.
Jumlah tersebut masih sama dengan data yang terakhir terakhir diungkap oleh Kemenkes, yakni sebanyak 55 KLB di 34 kabupaten/kota di 12 provinsi Indonesia.
"Kalau saat ini di 2023, belum ada provinsi yang menyatakan KLB. Masih status yang sama, bahwa 53 kejadian KLB di 34 kabupaten/kota di 12 provinsi," tuturnya.
Adapun, jumlah kasus campak di Indonesia kembali mengalami peningkatan pada 2022. Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menuturkan, jumlah kasus campak yang tercatat pada tahun lalu itu bahkan naik hingga 32 kali lipat dari total kasus yang dilaporkan pada 2021.
Menurutnya, pemberian vaksin Covid-19 yang menjadi fokus utama pemerintah saat itu ternyata membuat banyak pihak lupa akan kepentingan untuk menerima berbagai jenis vaksin lainnya.
"Sama seperti polio, karena kita semua sibuk sama vaksinasi Covid-19, vaksinasi yang lain ketinggalan. Orang yang divaksinasi itu-itu saja, puskesmasnya juga itu-itu saja," kata Budi di Gedung A.A. Maramis, Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Kamis (26/1/2023).
Oleh karena itu, Kemenkes yang tak ingin kembali mengulangi kesalahannya kala itu, kini berkomitmen untuk meningkatkan cakupan vaksinasi campak di Indonesia setelah perkembangan kasus Covid-19 terkendali.
Mereka memutuskan untuk menyelenggarakan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) dan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) pada Juli-Agustus 2022. Budi kemudian mengklaim program tersebut telah berpengaruh besar terhadap penurunan jumlah kasus campak di Indonesia.