Bisnis.com, JAKARTA - Deputi Perwakilan Tetap Pertama Federasi Rusia untuk PBB Dmitry Polyansky pada Senin (23/1/2023) mengatakan bahwa NATO dan negara-negara Barat pada dasarnya terlibat dalam konflik di Ukraina.
Dia menekankan bahwa meski Barat terlibat konflik di Ukraina, tetapi belum semua garis merah telah dilanggar.
“Kami mengirimkan lebih banyak sinyal yang tentu saja, beberapa garis merah telah dilanggar, tapi mungkin yang paling merah belum dilintasi," katanya, seperti dilansir dari TASS, Selasa (24/1/2023).
Menurutnya, ketika negara berurusan dengan tenaga nuklir seperti Rusia, maka semua kemungkinan yang akan terjadi harus diperhitungkan.
"Ketika Anda berurusan dengan tenaga nuklir seperti Rusia, Anda harus menghitung semua kemungkinan jika Anda ingin meningkatkan perang lebih jauh dan lebih jauh," lanjutnya.
Dia mengatakan bahwa mengirim lebih banyak senjata Barat ke Ukraina tidak akan langsung mengubah operasi militer khusus Rusia, tetapi melanggar garis merah meningkatkan risiko keterlibatan langsung Barat dalam konflik di Ukraina.
Polyansky menyampaikan bahwa Rusia tidak menginginkan perang langsung dengan aliansi Atlantik Utara, dan NATO mengatakan hal yang sama.
“Pada kenyataannya bukan hanya senjata yang dipasok. Ada spesialis yang berada di Ukraina untuk menangani senjata ini karena banyak senjata tidak dapat dioperasikan tanpa adanya spesialis Barat di dekat mereka,” tambahnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa AS terlibat langsung dalam perencanaan operasi oleh militer Ukraina, dan negara-negara NATO juga menyediakan informasi intelijen satelit.
"NATO berperang secara de facto di Ukraina. Mungkin tentara NATO tidak ada di sana secara besar-besaran, tetapi ada perusahaan militer swasta, ada anggota dewan, ada banyak tentara bayaran, yang dibunuh dan ditangkap," kata Polyansky.