Lebih lanjut, dia menggunakan laporan dari Sekolah Pembangunan Nasional di Universitas Peking mengungkap bahwa 64 persen populasi terinfeksi Virus Corona pada pertengahan Januari 2023.
Dia memperkirakan 900.000 orang akan meninggal dalam 5 pekan sebelumnya berdasarkan tingkat kematian kasus konservatif 0,1 persen. Itu berarti jumlah kematian di rumah sakit kurang dari 7 persen dari total kematian yang terlihat selama wabah.
Berdasarkan data resmi, terjadi 1,17 kematian setiap hari untuk setiap juta orang di negara itu selama lima minggu, menurut analisis Bloomberg.
Jumlah ini jauh di bawah rata-rata angka kematian harian di negara lain yang awalnya mengejar nol-Covid atau berhasil menahan Virus Corona setelah melonggarkan aturan pandemi.
Pada saat Omicron melanda Korea Selatan, kematian harian dengan cepat naik menjadi hampir 7 kematian untuk setiap 1 juta orang.
Australia dan Selandia Baru melihat angka kematian mendekati atau mencapai 4 kematian dari sejuta orang dalam sehari selama musim dingin pertama dengan wabah Omicron.
Selain itu, bahkan Singapura, yang memiliki kebijakan bertahap, memiliki puncak kematian sekitar 2 per sejuta orang setiap hari.
Kepala vaksin dan epidemiologi di perusahaan analitik kesehatan prediktif Airfinity yang berbasis di London, Louise Blair mengatakan bahwa angka itu mengalami gelombang yang ringan.
"Angka-angka ini menunjukkan bahwa China mengalami gelombang yang sangat ringan, dengan sangat sedikit kematian per kasus, itu akan menjadi yang terendah dari negara/wilayah mana pun yang mengabaikan kebijakan nol-Covid," kata Louise Blair.
Sementara itu, terjadi penumpukan mayat di China saat lonjakan Covid-19. Para pejabat memprediksi bahwa jumlah kematian diperkirakan akan meningkat karena virus meluas di seluruh negeri.