Bisnis.com, JAKARTA - Kericuhan yang terjadi usai pendukung Bolsonaro menyerbu Istana Kepresidenan Brasil sangat mirip dengan peristiwa kerusuhan di Capitol Amerika Serikat (AS) pada 6 Januari 2021 pasca pemilihan presiden (pilpres). Kala itu gerombolan pendukung Donald Trump menyerbu gedung parlemen sebagai salah satu simbol demokrasi.
Insiden berlangsung setekag Trump dan pendukungnya menduning terjadi kecurangan pilpres tanpa mendasar. Berawal dari mantan Kepala Ahli Strategi Gedung Putih, Steve Bannon menyebarkan desas-desus tak berdasar tentang penipuan pemilihan umum (pemilu).
Bannon hanyalah salah satu dari beberapa sekutu utama mantan Presiden AS Donald Trump yang mengikuti strategi yang sama untuk meragukan hasil pemilihan presiden AS tahun 2020.
Serupa dengan kejadian di Washington pada 6 Januari 2021, laporan palsu dan desas-desus yang tidak terbukti menyebar sehingga memicu massa menyerbu gedung pemerintah dalam upaya menuntut keinginan mereka.
"Semua neraka akan pecah besok," kata Bannon kepada pendengar podcast miliknya, seperti dilansir dari BBC, Senin (9/1/2023).
Bannon telah dijatuhi hukuman 4 bulan penjara, karena menolak mematuhi perintah untuk bersaksi di depan komite Kongres yang menyelidiki serangan itu, sambil menunggu banding.
Baca Juga
Sementara itu, Bannon bersama penasihat Trump lainnya yang menyebarkan desas-desus serupa, namun merasa tak menyesal bahkan saat rekaman itu meluas di Brasil.
Penipuan pemilu tersebut terjadi selama beberapa pekan menjelang pemilu Brasil pada bulan Oktober lalu. Pihaknya mempromosikan tagar #BrazilianSpring. Bannon terus berupaya beretorika pada Minggu (8/1/2023).
"Lula mencuri pemilu… Orang Brasil tahu ini," tulis Bannon berulang kali di dalam situs media sosial Gettr.
Seorang aktivis pinggiran yang muncul setelah pemilu 2020 sebagai salah satu pemimpin gerakan "Hentikan Pencurian" pro-Trump, Ali Alexander juga ikut menyemangati dengan menuliskan "Lakukan apa pun yang diperlukan!"
Akibat kericuhan tersebut, Mahkamah Agung juga telah memecat gubernur distrik federal Brasil, Ibaneis Rocha pada Senin (9/1/2023).
Rocha dianggap gagal mencegah terjadinya kericuhan yang terjadi di wilayah kekuasaannya, dan jabatan gubernurnya pun kini dicopot.
Sebelumnya, Rocha membagikan video ke media sosial terkait ucapan permintaan maaf atas kegagalannya mencegah kerusuhan.
“Saya ingin meminta maaf kepada Presiden Luiz Inácio Lula da Silva atas apa yang terjadi hari ini di kota kami,” katanya.