Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah negara, seperti Amerika Serikat (AS) dan Italia, mulai mewajibkan wisatawan asal China untuk melakukan tes Covid-19 dan hasil negatif sebelum memasuki negara mereka. Lantas bagaimana dengan Indonesia?
Juru Bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan Indonesia tidak memiliki rencana untuk memperketat pembatasan bagi wisatawan dari China.
Menurutnya, Indonesia tetap mempertahankan kebijakan Covid-19 yang lebih longgar untuk pengunjung internasional, meskipun ada lonjakan kasus Covid-19 baru-baru ini.
Aturan saat ini hanya meminta para wisatawan yang datang dari luar negeri untuk menunjukkan bukti vaksinasi lengkap Covid-19. Sebelumnya, pemerintah mewajibkan para wisatawan untuk melakukan tes PCR termasuk bagi mereka yang telah divaksinasi penuh. Kini, aturan tersebut hanya diberlakukan bagi wisatawan dengan gejala Covid-19.
“Tidak perlu segera mengubah kebijakan yang ada, tetapi kami akan terus memantau situasinya,” kata Wiku dikutip dari Bloomberg, Kamis (29/12/2022).
Sebagaimana diketahui, sejumlah negara seperti Jepang dan Taiwan mulai mewajibkan wisatawan asal China untuk melakukan tes Covid-19 sebelum memasuki negara mereka.
AS dan Italia baru-baru ini juga mengikuti langkah Jepang dan Taiwan, sementara Korea Selatan dan negara lain tengah mempertimbangkan untuk mengikuti kebijakan tersebut.
Meski belum diketahui secara pasti angkanya, diperkirakan sebanyak 37 juta orang di China mungkin telah terinfeksi dalam satu hari minggu lalu.
Sebagai pembalikan total dari kebijakan Covid Zero-nya, dalam beberapa minggu terakhir China mulai mengabaikan langkah-langkah penguncian yang ketat. Keputusan negara Tirai Bambu untuk melonggarkan pembatasan perjalanan masuk dan keluar, memicu kekhawatiran di seluruh dunia akan penyebaran infeksi Covid-19, terutama varian baru.
Sementara pembukaan kembali China mencerahkan prospek pariwisata dan pengecer di tujuan populer di Asia dan sekitarnya, negara-negara menjadi waspada terhadap risiko kebangkitan infeksi Covid-19.
Italia, negara Eropa pertama yang terpukul parah oleh Covid-19 pada awal 2020, mendesak negara-negara lain di kawasan itu untuk mengadopsi perjanjian pengujian kolektif, mengingat mereka adalah bagian dari Wilayah Schengen perbatasan terbuka.
Sementara itu, seorang Pejabat Kesehatan Federal mengatakan, wisatawan ke AS yang datang langsung dari China atau yang berada di negara itu 10 hari sebelum keberangkatan mereka ke AS harus menunjukkan tes PCR atau antigen negatif untuk Covid-19.
Persyaratan berlaku untuk semua penumpang tanpa memandang kewarganegaraan atau status vaksinasi dan akan mulai berlaku 5 Januari pukul 12:01 waktu New York.
“Penumpang yang dites positif lebih dari 10 hari sebelum bepergian dapat memberikan dokumentasi dan pemulihan dari Covid sebagai pengganti hasil tes negatif,” ujar pejabat tersebut.
Tak hanya itu, maskapai juga perlu mengonfirmasi tes Covid negatif atau dokumentasi pemulihan sebelum menaiki penerbangan ke AS. Persyaratan juga berlaku untuk pelancong dari Hong Kong dan Makau.
Di Italia, ada ketakutan di Milan awal pekan ini. Ketakutan tersebut datang ketika hampir separuh penumpang dalam dua penerbangan dari China dinyatakan positif terkena virus, meskipun sebagian besar tidak menunjukkan gejala.
Kendati demikian, Menteri Kesehatan Orazio Schillaci mengatakan "tidak ada kekhawatiran" akan ditemukan varian baru dalam tes di Milan.
Lonjakan kasus di China, bagaimanapun, menyoroti risiko munculnya varian baru. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS akan memperluas program pengawasan genom virus para wisatawan ke dua bandara tambahan, sehingga jumlah total sampel yang dikumpulkan untuk diurutkan menjadi tujuh. Penumpang yang menaiki ratusan penerbangan dari setidaknya 30 negara tercakup dalam program ini.
Pejabat kesehatan AS telah mempertimbangkan untuk mengambil tindakan pencegahan virus corona baru untuk wisatawan dari China, di tengah kekhawatiran kurangnya transparansi seputar data kasus.
“Pakar kesehatan AS sangat prihatin dengan munculnya varian baru yang mungkin tidak ditemukan dalam pengujian di China,” kata para pejabat tersebut.
Mereka mengatakan, pihaknya akan terus menekan China untuk merilis data dan urutan genom virus.