Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS dan Italia Wajibkan Pelancong Asal China Lakukan Tes Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Italia bakal wajibkan pelancong asal China untuk lakukan tes Covid-19.
Warga Amerika Serikat memadati bandara saat periode libur Natal dan Tahun Baru /USA Today
Warga Amerika Serikat memadati bandara saat periode libur Natal dan Tahun Baru /USA Today

Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat (AS) dan Italia mewajibkan pelancong atau wisatawan asal China untuk melakukan tes Covid-19 sebelum memasuki negara mereka.

Aturan tersebut diberlakukan pemerintah setempat lantaran kekhawatiran yang meningkat atas risiko munculnya varian baru dari lonjakan infeksi di negeri Tirai Bambu tersebut. 

Selain AS dan Italia, Jepang dan Taiwan sudah lebih dulu menerapkan kebijakan yang sama minggu ini, sementara Korea Selatan dan negara lain sedang mempertimbangkan untuk mengikuti langkah tersebut.

Meskipun belum diketahui angkanya secara pasti, kemungkinan hampir 37 juta orang telah terinfeksi dalam satu hari minggu lalu. Adapun pada 8 Januari lalu, otoritas China telah mengumumkan pembukaan kembali perbatasan.

Sebagai pembalikan total dari kebijakan Covid Zero-nya, China mengabaikan langkah-langkah penguncian yang ketat dalam beberapa minggu terakhir. Keputusan China untuk melonggarkan pembatasan perjalanan masuk dan keluar, nyatanya memicu kekhawatiran di seluruh dunia akan penyebaran infeksi, terutama varian baru. Demikian dilansir dari Bloomberg, Kamis (29/12/2022).

Sementara pembukaan kembali China mencerahkan prospek pariwisata dan pengecer di tujuan populer di Asia dan sekitarnya, negara-negara di dunia menjadi waspada terhadap risiko kebangkitan infeksi Covid-19. 

Persyaratan pengujian tes Covid-19 yang baru-baru ini diberlakukan di negara lain mengingatkan pada pembatasan yang telah dipertahankan China selama tiga tahun terakhir ketika mencoba menghentikan Covid merembes ke perbatasannya.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan tindakan Covid di semua negara harus berbasis sains dan sesuai, dan tidak memengaruhi pertukaran orang-ke-orang yang normal.

Italia sebagai negara Eropa pertama yang terpuruk parah akibat Covid-19 pada awal 2020, mendesak negara-negara lain di kawasan itu untuk mengadopsi perjanjian pengujian kolektif, mengingat mereka adalah bagian dari Wilayah Schengen perbatasan terbuka.

“Wisatawan ke AS yang datang langsung dari China, atau yang berada di China 10 hari sebelum keberangkatan mereka ke AS, harus menunjukan tes PCR atau antigen negatif Covid-19,” kata pejabat Kesehatan Federal dikutip dari Bloomberg, Rabu (28/12/2022).

Adapun, persyaratan tersebut berlaku untuk semua penumpang tanpa memandang kewarganegaraan atau status vaksinasi dan akan mulai berlaku 5 Januari pukul 12:01 waktu New York.

“Penumpang yang dites positif lebih dari 10 hari sebelum bepergian dapat memberikan dokumentasi dan pemulihan dari Covid-19 sebagai pengganti hasil tes negatif,” ujar pejabat tersebut.

Selain itu, maskapai perlu mengonfirmasi tes Covid negatif atau dokumentasi pemulihan sebelum menaiki penerbangan ke AS.  Persyaratan juga berlaku untuk pelancong dari Hong Kong dan Makau.

Di Italia, ada ketakutan di Milan awal pekan ini, ketika hampir separuh penumpang dalam dua penerbangan dari China dinyatakan positif terinfeksi Covid-19, meskipun sebagian besar tidak menunjukkan gejala. Kendati demikian, Menteri Kesehatan Orazio Schillaci mengatakan "tidak ada kekhawatiran" akan ditemukan varian baru dalam tes di Milan.

Sementara itu, negara lain seperti Inggris, Australia, dan Jerman belum memberlakukan pembatasan baru pada pelancong dari China, meskipun mereka memantau perkembangannya dengan cermat.

Pada saat yang sama, beberapa negara juga telah mengambil langkah-langkah untuk menyambut wisatawan Tiongkok yang tidak dapat menjelajah ke luar negeri selama tiga tahun terakhir.

Kedutaan Besar Prancis di Beijing mengatakan di platform media sosial Weibo pada hari Selasa bahwa negara tersebut menyambut para pelancong China dengan tangan terbuka.  Biro pariwisata Thailand, Australia, Selandia Baru, dan beberapa negara Eropa lainnya secara terbuka mengungkapkan sentimen serupa.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper