Bisnis.com, JAKARTA - Sore ini, Sabtu (3//12/2022), Kabupaten Garut diguncang gempa berkekuatan magnitudo 6,4, lebih besar daripada gempa Cianjur magnitudo 5,6 yang terjadi pada 21 November 2022.
Namun, getaran gempa Garut pada hari ini tidak sebesar gempa Cianjur. Berdasarkan laporan Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa terjadi di arah barat daya Kabupaten Garut. Gempa terjadi pada pukul 16.42 WIB.
Pusat gempa berada di darat berlokasi di 52 kilometer arah Barat Daya Garut, Jawa Barat. Gempa berada di titik 7.49 LS, 107.58 BT. Kedalaman gempa pada 118 kilometer.
Kedalaman gempa ini yang membuat beda dengan daya getar gempa Cianjur. Gempa di Cianjur di kedalaman 10 kilometer sehingga terasa kencang.
Bahkan gempa terasa hingga Cimahi, Lembang, Kota Bandung, Cikalong Wetan, Rangkasbitung, Bogor, Bayah, Tangerang Selatan, Jakarta, dan Depok.
Menurut informasi sementara dari BNPB sampai hari ini, Sabtu (3/12/2022) bahwa gempabumi ini menyebabkan 334 orang meninggal dan 8 orang masih dinyatakan hilang. Lebih dari 2.000 rumah mengalami kerusakan.
Baca Juga
Sementara itu, gempa Garut ini gempa terasa hingga Ciamis, Kalapanunggal, Tasikmalaya, Pamoyanan, Panimbang, Bogor hingga Jakarta dan sekitarnya. Hingga sejauh ini belum ada laporan korban yang ditimbulkan.
Adapun menurut laporan salah satu warga Garut, retakan terjadi di rumah penduduk. Berikut ini screen shoot dari video retakan tembok rumah yang dikirimkan dari Garut:
Seperti dilaporkan Antara, BMKG sebelumnya memaparkan empat faktor utama penyebab kerusakan bangunan akibat guncangan gempa bumi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan perlu menekankan faktor-faktor tersebut agar menjadi pertimbangan dalam pembangunan di wilayah-wilayah terdampak gempa bumi tersebut.
"Kenapa gempa itu sangat merusak? Karena dikontrol oleh faktor kedalaman pusat gempa yang dangkal sekitar 11 kilometer. Bahkan gempa-gempa susulan ada yang hanya lima kilometer," katanya, kemarin.
Dwikorita menjelaskan faktor kedua penyebab kerusakan bangunan akibat lokasi pemukiman berada pada tanah lunak atau tanah lepas. Kondisi itu menyebabkan efek amplikasi yang artinya apabila gelombang gempa merambat pada tanah tersebut akan mengalami penguatan.
Kemudian, faktor ketiga akibat pengaruh topografi karena banyak bangunan berada di tepi lereng atau lembah yang mengakibatkan peningkatan intensitas guncangan dan kerusakan.
Selanjutnya, faktor terakhir akibat struktur bangunan yang tidak memenuhi standar aman gempa.
Berdasarkan hasil pemantauan lapangan yang dilakukan oleh BMKG, banyak rumah tembok tanpa besi, struktur kolom dan balok bangunan lemah, serta struktur kolom dan balok bangunan tetapi dinding tembok lemah.
"Jadi, ada empat faktor sebetulnya yaitu kedalaman, kondisi tanah, kondisi topografi, dan kondisi struktur," kata Dwikorita.