Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah bom meledak dari mobil di dalam komplek polisi di Thailand Selatan pada Selasa (22/11/2022). Insiden meledaknya bom itu menewaskan satu orang.
Polisi menyatakan seorang pelaku berpakaian polisi memarkir sebuah mobil yang penuh dengan bahan peledak di dalam komplek sebelum ledakan terjadi.
Wakil Komisaris polisi provinsi Narathiwat, Letnan Kolonel Niti Suksan telah mengonfirmasi kejadian itu dan menambahkan bahwa satu petugas polisi menjadi korban tewas.
"Itu adalah bom mobil. Kami masih membersihkan daerah itu dan jumlah korban luka bisa bertambah," kata Letnan Kolonel Niti Suksan, seperti dilansir dari CNA, Rabu (23/11/2022).
Direktur rumah sakit Narathiwat Rajanagarindra, Pornprasit Jantra mengatakan bahwa ledakan bom itu mengakibatkan sedikitnya 29 orang dirawat di rumah sakit karena luka-luka, di antaranya petugas polisi dan warga sipil.
Adapun juru bicara (jubir) pemerintah Anucha Burapachaisri mengatakan bahwa Perdana Menteri (PM) Thailand, Prayut Chan-o-cha turut prihatin atas insiden tersebut dan menginstruksikan polisi dan badan keamanan terkait untuk meningkatkan langkah-langkah keselamatan bagi masyarakat.
Baca Juga
Terlihat tragedi itu di media sosial, asap hitam tebal mengepul dari sebuah mobil yang terbakar di dalam kompleks bertingkat rendah dan polisi berupaya mengalihkan arus lalu lintas.
Menurut media Thailand The Nation, tim penjinak bom polisi juga menemukan sebuah bom yang tidak meledak di seberang komplek, yang berada di depan sekolah Nara Sikhalai.
"Apa yang disebut serangan 'double tap', di mana pasukan keamanan menanggapi satu ledakan kemudian menjadi sasaran bom kedua yang seringkali lebih besar, adalah ciri khas pemberontak selatan," kata The Nation.
Adapun hingga kini belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas insiden meledaknya bom di komplek polisi tersebut.
Provinsi-provinsi di Thailand selatan di sepanjang perbatasan dengan Malaysia telah mengalami pemberontakan selama beberapa dekade.
Pemerintah Thailand telah memerangi kelompok-kelompok bayangan yang mencari kemerdekaan untuk provinsi-provinsi Pattani, Yala, Narathiwat dan sebagian Songkhla yang mayoritas Muslim.
Ledakan dan kebakaran terjadi setidaknya di 17 lokasi di Thailand selatan pada Agustus lalu, tampaknya merupakan beberapa serangan yang telah terkoordinasi hingga melukai 7 orang.
Menurut kelompok Deep South Watch yang memantau kekerasan tersebut menyatakan lebih dari 7.300 orang tewas dalam konflik sejak 2004, dan pembicaraan damai sudah mulai dilakukan sejak 2013 namun menghadapi gangguan berulang kali.