Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Agustina Kehilangan Putrinya Gara-Gara Obat Sirop Parasetamol

Agustina Maulani kehilangan anaknya, Nadira yang berusia 15 tahun, karena penyakit gagal ginjal akut misterius.
Ilustrasi/pacienterenal.general-valencia.san.gva.es
Ilustrasi/pacienterenal.general-valencia.san.gva.es

Bisnis.com, JAKARTA - Agustina Maulani kehilangan anaknya, Nadira yang berusia 15 tahun, karena penyakit gagal ginjal akut misterius. Awalnya, dia membelikan anaknya sirop obat batuk parasetamol dari salah satu Puskesmas di Jakarta Selatan.

"Saya memberinya obat setiap empat jam, karena demamnya tidak kunjung turun. Dia akan sembuh, tapi kemudian demam lagi. Akhirnya dia berhenti buang air kecil," kata Agustina dikutip dari laman BBC, Senin (31/10/2022).

Nadira kemudian dibawa ke rumah sakit, tetapi tidak membaik. Hasil laboratorium menunjukkan dia memiliki kadar ureum dan kreatinin yang berlebihan. Dia mengalami koma dan meninggal.

"Akhirnya dia meninggal dengan cepat. Dengan rasa sakit yang sangat mengerikan," kata Agustina.

Nadira meninggal pada bulan Agustus. Pada bulan Oktober pihak berwenang mengatakan dia termasuk di antara gelombang anak-anak yang meninggal karena kondisi ginjal yang tidak dapat dijelaskan.

Gagal ginjal akut misterius diketahui tengah menjadi sorotan di Indonesia. Setidaknya 157 anak meninggal dunia tahun ini karena ginjal akut dan komplikasi lain, yang diyakini disebabkan oleh obat-obatan yang terkontaminasi. Hampir semuanya berusia di bawah lima tahun.

Pemerintah kemudian melarang penjualan semua obat cair. Ini kemudian membatasi larangan pada sekitar 100 produk yang dicurigai menyebabkan anak-anak yang jatuh sakit.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan jejak zat berbahaya etilen glikol, dietilen glikol dan etilen glikol butil eter telah ditemukan pada para korban.

Dietilen glikol dan etilena glikol biasanya digunakan dalam larutan antibeku untuk AC, lemari es dan freezer dan sebagai pelarut untuk banyak produk termasuk kosmetik pada konsentrasi yang sangat rendah. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan mereka tidak pernah digunakan dalam obat-obatan.

"Dipastikan (cedera ginjal akut) disebabkan oleh zat (itu)," kata Budi Gunadi.

Kasus di Negara Lain

Kasus gagal ginjal akut sebelumnya telah menjadi perhatian Badan Kesehatan Dunia (WHO) setelah 66 anak di Gambia, Afrika Barat, terpapar penyakit tersebut hingga meninggal dunia. Mereka dikabarkan telah mengonsumsi sirop paracetamol.

WHO kemudian melaporkan ada empat merek sirup obat batuk buatan India yang mengandung bahan berbahaya yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Keempat obat tersebut adalah Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup, dan Magrip N Cold Syrup.

Beberapa negara selain Indonesia, juga pernah mengalami wabah gangguan ginjal akut, seperti Amerika Serikat, Haiti, India, China, Panama, Gambia, Nigeria dan Bangladesh.

1. Amerika Serikat

Mengutip laman Theguardian, sebelum dilakukan peningkatan standar peraturan tentang produksi obat batuk sediaan sirup, di Amerika Serikat juga pernah terjadi kasus kematian akibat cemaran bahan kimia.

Sama seperti di Indonesia, bahan kimia yang menjadi kontaminan adalah dietilen glikol. Kasus ini terjadi pada tahun 1937 lalu. Pada saat itu, Theguardian menyebut, lebih dari 100 orang meninggal akibat mengonsumsi obat batuk yang terkontaminasi dietilen glikol yang diproduksi oleh perusahaan lokal AS.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh WHO, efek toksik dari paparan bahan kimia ini meliputi sakit perut, muntah, diare, disfungsi kandung kemih, sakit kepala, perubahan suasana hati atau mental, cedera ginjal akut, atau bahkan kematian.

2. India

Setelah kejadian di Amerika, kejadian serupa juga terjadi di India, tepatnya pada tahun 1972. Bahkan Theguardian menyebut, ada sebanyak lima kejadian kematian massal akibat cemaran bahan kimia pada obat sirup.

Pada tahun 1998 salah satunya, di Gurgaon, Delhi, sebanyak 33 anak meninggal akibat gagal ginjal akut. Sebelumnya, pada tahun 1986, 14 pasien di Mumbai meninggal karena kontaminasi DEG pada gliserin. Kemudian, pada tahun 2020, Theguardian mengungkap, ada 12 kasus kematian anak di negara bagian Jammu.

3. Haiti

Di Haiti, pada tahun 1995 hingga 1996 lalu, CDC menyebut ada penyakit gagal ginjal anurik yang menyerang bayi berusia sekitar 3 bulan hingga anak usia 13 tahun.

Sebanyak 85 persen pasien penderita penyakit ini merupakan anak berusia sekitar 5 tahun. Pada 14 Juni 1996, Kementerian Kesehatan Haiti, Rumah Sakit Umum Universitas di Port-au-Prince, Organisasi Kesehatan Pan Amerika atau Organisasi Kesehatan Dunia, Pusat Epidemiologi Karibia, dan CDC, kemudian melakukan penelitian untuk hal ini.

Hasilnya, penelitian ini mengungkap bahwa wabah ini dikaitkan dengan gliserin yang terkontaminasi dietilen glikol (DEG) yang digunakan untuk memproduksi sirop asetaminofen.

Gejala yang dialami oleh anak-anak di Haiti ini beragam, seperti penyakit prodromal demam nonspesifik diikuti dalam 2 minggu oleh gagal ginjal anurik, pankreatitis, hepatitis, dan disfungsi neurologis yang berkembang menjadi koma. Sebanyak 75 anak dari total 76 anak yang terserang penyakit ini di Haiti, CDC menyebut hanya satu anak yang berhasil sembuh.

Sebanyak 10 pasien yang dipindahkan ke Amerika, dan sembilan diantaranya berhasil bertahan.

4. China China juga pernah mengalami hal yang sama, tepatnya pada tahun 2006 lalu. New York Times menyebut, pejabat pemerintah tanpa disengaja mencampurkan dietilen glikol ke dalam 260.000 obat flu. Hasilnya, sebanyak 365 keluarga dilaporkan meninggal akibat hal ini, 100 tahun diantaranya telah dikonfirmasi.

5. Bangladesh

Pada tahun 2009 lalu, Bangladesh juga mengalami hal yang kini dialami oleh Indonesia, yaitu kematian anak akibat konsumsi parasetamol sirup yang mengandung cemaran bahan kimia beracun.

Bedanya jumlah anak yang meninggal disana lebih rendah, yaitu sekitar 25 anak. Mengutip laman theguardian, Kementerian Kesehatan Bangladesh mengungkap, parasetamol menjadi toksik akibat ulah produsen obat yang mengganti salah satu bahan dalam obat, menjadi bahan alternatif yang memiliki harga lebih rendah.

Bahan kimia yang tersebut adalah dietilen glikol. Kasusnya hampir sama dengan kasus di Indonesia yang mencurigai kontaminasi etilen glikol, dietilen glikol dan etilen glikol butyl eter sebagai penyebab meninggalnya 141 anak akibat gangguan ginjal akut.

"Pembuat obat menambahkan bahan kimia industri beracun karena 10 kali lebih murah daripada propilen glikol, yang digunakan sebagai pelarut dalam sirup parasetamol," ungkap Menteri Kesehatan Bangladesh saat itu, AFM Ruhul Haque, dikutip dari Theguardian pada Senin (24/10/2022).

6. Gambia

Baru-baru ini, Gambia juga mengungkap adanya kasus kematian akibat obat-obatan yang dibuat oleh pabrik di Delhi, India. Reuters mengungkap ini terjadi pada Oktober 2022, menelan korban sekitar 70 anak.

Obat-obatan sirop tersebut diproduksi oleh Maiden Pharmaceuticals yang kemudian pabriknya ditutup oleh otoritas setempat. Dari kasus di Gambia ini, BPOM kemudian membuat pengumuman bahwa obat-obatan yang diproduksi oleh Maiden Pharmaceuticals ini tidak beredar di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper