Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Zelensky Bersumpah Bebaskan Ukraina, Referendum Rusia Jalan Terus

Volodymyr Zelensky bersumpah untuk membebaskan seluruh wilayah negaranaya saat Rusia melanjutkan referendum.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memberikan keterangan melalui video yang diunggah di Facebook
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memberikan keterangan melalui video yang diunggah di Facebook

Bisnis.com, JAKARTA--Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky bersumpah untuk membebaskan seluruh wilayah negaranaya saat Rusia melanjutkan referendum yang disebutnya dilakukan dengan cara paksa oleh kelompok bersenjata.

Zelenskiy mengatakan Angkatan Bersenjata Ukraina akan mengusir pasukan Rusia dan membalas “setiap serangan agresor”. Dia berjanji bahwa tentara Ukraina akan mendapatkan kembali kendali atas wilayah Kherson selatan dan Donbas timur, yang meliputi provinsi Luhansk dan Krimea.

"Setiap pembunuh dan penyiksa akan dibawa ke pengadilan atas apa yang dia lakukan terhadap warga Ukraina," katanya seperti dikutip TheGuardian.com, Senin (26/9/2022).

Laporan yang diposting di grup Telegram dari daerah pendudukan menunjukkan bahwa penduduk setempat telah memboikot aksi referendum yang dimulai pada hari Jumat.

Proses pemungutan suara akan selesai pada hari Selasa dan Vladimir Putin diperkirakan akan mengumumkan minggu ini bahwa wilayah tersebut adalah milik Rusia.

Penduduk setempat menggambarkan proses pemungutan suara yang kacau dan sebagian besar direkam oleh televisi Pemerintah Rusia. Di kota Khakova, para pejabat mendatangi rumah warga, sementara dua tentara dengan senapan serbu berdiri di dekatnya. Sebagian besar warga menolak untuk membuka pintu mereka.

Di desa tepi laut selatan Stanislav, seorang penduduk dilaporkan berjalan dikawal dua personel tentara Rusia dan mengumpulkan tanda tangan. Beberapa dari mereka yang mengambil bagian dalam pemungutan suara terlihat tersenyum ke kamera. Mereka adalah warga Rusia yang datang dari Krimea. Beberapa lansia Ukraina turut berpartisipasi, menurut laporan media sosial.

Gubernur Ukraina provinsi Luhansk, Serhiy Haidai, menganggap hal itu sebagai lelucon. Dia mengatakan mereka yang mengambil bagian dalam pemungutan suara diminta menunjukkan pilihan mereka secara terbuka. 

Siapa pun yang mencentang kertas suara "tidak" untuk bersatu dengan Rusia ditandai di buku catatan dan ditambahkan ke "daftar yang tidak dapat dipercaya", katanya. Dalam beberapa kasus, pria bersenjata mendobrak pintu warga.

Haidai mengatakan Moskow telah meningkatkan jumlah pemilih di kota-kota yang sekarang hampir kosong karena pertempuran. Kota itu termasuk Sievierodonetsk, Lysychansk dan Rubizhne yang dihancurkan oleh tentara Rusia dan kemudian direbut selama musim panas. 

Jumlah pemilih mencapai 41%-46%, katanya, terlepas dari kenyataan bahwa puluhan ribu orang telah melarikan diri.

Kremlin sebelumnya menunda rencana untuk referendum karena kurangnya dukungan, tetapi buru-buru dihidupkan kembali minggu lalu setelah serangkaian kemunduran militer Rusia.

Awal bulan ini angkatan bersenjata Ukraina merebut kembali hampir semua oblast Kharkiv dan mereka bergerak maju menuju kota selatan Kherson yang diduduki sejak Maret.

Rabu lalu Putin mengumumkan mobilisasi parsial hingga satu juta tentara untuk dikirim ke Ukraina menyusul sejumlah kekalahan pasukannya di  beberapa daerah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper