Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat (AS) mempertimbangkan paket sanksi terhadap China untuk mencegah serangan terhadap Taiwan.
Sementara itu, Uni Eropa mendapat tekanan diplomatik dari Taipei untuk melakukan hal yang sama.
Beberapa sumber mengatakan bahwa pembahasan di Washington dan lobi terpisah utusan Uni Eropa telah dilakukan di Taipei. Hal itu dilakukan akibat kekhawatiran akan invasi China yang telah nampak ketika ketegangan militer meningkat di Selat Taiwan.
Dalam lobi itu dibahas sanksi di luar tindakan yang telah diambil negara Barat untuk membatasi beberapa perdagangan dan investasi dengan China dalam teknologi sensitif seperti chip komputer dan peralatan telekomunikasi.
Sumber tersebut tidak memberikan perincian apa pun tentang apa yang sedang dipertimbangkan, tetapi gagasan sanksi atas China sebagai salah satu mata rantai terbesar pasokan global, menimbulkan pertanyaan.
"Pengenaan sanksi terhadap China jauh lebih kompleks daripada sanksi terhadap Rusia, mengingat keterlibatan AS dan sekutunya yang luas dengan ekonomi China," kata Nazak Nikakhtar, mantan pejabat senior Departemen Perdagangan AS seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Rabu (14/9/2022).
Baca Juga
China mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya sendiri dan bulan lalu menembakkan rudal ke pulau itu. Mereka juga berlayar dengan kapal perang melintasi perbatasan laut tidak resmi setelah Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengunjungi Taipei yang dilihat Beijing sebagai provokasi.
Presiden China Xi Jinping telah berjanji untuk menyatukan kembali Taiwan yang diperintah secara demokratis dengan darata. Bahkan, dia tidak ragu untuk menggunakan kekuatan militer.
Xi juga akan mengamankan masa jabatan kepemimpinan 5 tahun ketiga di kongres Partai Komunis bulan depan.
Di Washington, para pejabat sedang mempertimbangkan opsi untuk kemungkinan paket sanksi terhadap China untuk mencegah Xi mencoba menyerang Taiwan, kata seorang pejabat AS dan seorang pejabat dari negara yang berkoordinasi erat dengan Washington.
Pembicaraan AS mengenai sanksi dimulai setelah Rusia menginvasi Ukraina pada Februari, tetapi mendapat urgensi baru setelah reaksi China terhadap kunjungan Pelosi, kata kedua sumber tersebut.
Amerika Serikat, yang didukung oleh sekutu NATO, mengambil pendekatan serupa ke Rusia pada Januari dengan ancaman sanksi yang tidak ditentukan tetapi gagal menghalangi Presiden Rusia Vladimir Putin untuk meluncurkan invasinya ke Ukraina.