Bisnis.com, JAKARTA - Taiwan mengumumkan peningkatan hingga 14 persen untuk kebutuhan anggaran pertahanan pada tahun 2023. Kenaikan ini terbilang sangat tajam jika dibandingkan dengan pertumbuhan pengeluaran tahunan yang sebelumnya berada di bawah angka 4 persen sejak 2017.
Rencana tersebut diumumkan sesaat setelah China mulai menggelar latihan militer berskala besar di sekitar Taiwan selama beberapa waktu ke belakang. Ini merupakan reaksi yang disampaikan China atas kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi ke Taiwan pada 2 Agustus 2022.
Melansir Channel News Asia, melalui kenaikan anggaran militer pada 2023, Ilmuwan Politik dari Universitas Nasional Singapura (NUS) Chong Ja Ian menyampaikan bahwa hal itu tentu menjadi kode dari kesiapan Taiwan untuk mempertahankan diri terhadap serangan yang dikirimkan China.
Chong menilai bahwa pertumbuhan anggaran militer milik Taiwan memang sangat diperlukan, mengingat tekanan yang digencarkan oleh pasukan militer China terus meningkat.
Senada dengan Chong, Asisten Profesor Benjamin Ho membenarkan kenaikan anggaran pertahanan yang direncanakan oleh Taiwan. Dirinya bahkan menganggap bahwa hal ini bukan merupakan peristiwa yang mengejutkan seiring dengan adanya peningkatan serangan dan ancaman yang dikirimkan China kepada Taiwan.
Pada Agustus 2022, Taiwan telah mencatat sebanyak 360 serangan. Total serangan yang telah diterima Taiwan sejak awal tahun ini telah lebih dari 980 serangan.
Adapun Kementerian Pertahanan Taiwan menyebut, bahwa peningkatan anggaran ini memang dimaksudkan sebagai bentuk ancaman bagi musuh, yakni China.
“Dalam menghadapi ekspansi komunis Tiongkok dari kegiatan militer yang ditargetkan selama beberapa tahun terakhir serta penggunaan kapal perang dan pesawat militer yang dinormalisasikan, militer Taiwan telah menganut prinsip untuk mempersiapkan perang tanpa mencari perang. Militer Taiwan juga akan membela keamanan nasional dengan kekuatan," tulis Kementerian Pertahanan Taiwan dalam keterangan resminya, dikutip Kamis (25/8/2022).
Sementara itu, Chong menilai bahwa kenaikan pengeluaran pertahanan milik Taiwan ini akan menjadi sinyal bagi Amerika Serikat (AS), serta negara tetangga lainnya. Hal ini dapat membentuk pemikiran bahwa Taiwan merupakan salah satu mitra yang dapat diandalkan.
“Taipei juga memberi sinyal ke Beijing bahwa penggunaan kekuatan apa pun bisa berpotensi mahal, bahkan jika pada akhirnya bisa menang.”
Benjamin Ho menambahkan bahwa ketegangan yang tengah terjadi di Selat Taiwan ini dapat menjadi titik nyala utama di Asia yang akan menjadi perhatian dari sebagian pemerintah di wilayah tersebut.
"Baik langkah Taiwan dan China baru-baru ini untuk memperluas militer mereka menunjukkan bahwa tentu ada alasan untuk merasa khawatir," terannya.
Kendati demikian, pada Maret 2022, China juga telah mengumumkan kenaikan sebanyak 7 persen pada dana untuk pertahanan tahun 2022, dengan angka pengeluaran akhir sebesar US$211,62 miliar.
Menurut Benjamin Ho, kemampuan militer memang menjadi fungsi dari berbagai penilaian ancaman. Menurutnya, kemampuan militer nantinya akan bergantung pada pembuat kebijakan yang menentukan tentang bagaimana kemampuan tersebut akan digunakan atau tidak.