Bisnis.com, JAKARTA – Amerika Serikat dan Korea Selatan gelar latihan militer gabungan terbesar pada Senin (22/8/2022). Latihan tersebut merupakan respon dari ancaman serangan nuklir dari Korea Utara.
Sebelumnya, diketahui bahwa Korea Utara tampak telah meningkatkan aktivitas pengujian senjata ke rekor yang cukup signifikan pada tahun ini. Disamping itu, percikan gesekan konflik diplomatik tampak mulai terlihat usai Korea Utara kedapatan memberikan ancaman pada Seol dan Washington di tengah kebuntuan diplomasinya.
Menjawab ancaman tersebut Amerika Serikat dan Korea Selatan kemudian menggelar latihan gabungan yang diberi nama Latihan Ulchi Freedom Shield sebagai bentuk meningkatkan postur pertahanan kedua negara tersebut.
Latihan Ulchi Freedom Shield akan berlangsung hingga 1 September 2022 mendatang. Latihan ini akan mencakup beberapa bentuk latihan lapangan yang melibatkan pesawat, kapal perang, dan penggunaan tank.
Untuk diketahui, ketegangan diplomatik antara Amerika dan Korea Utara pecah sejak runtuhnya pertemuan kedua antara mantan Presiden Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada awal 2019.
Amerika kemudian menolak tuntutan Korea Utara untuk pembebasan besar-besaran sanksi yang dipimpin AS sebagai imbalan untuk membongkar nuklir yang sudah tua. Praktis, yang berarti akan berdampak pada penyerahan sebagian kemampuan nuklir Korea Utara.
Semenjak saat itulah Kim Jong Un berjanji untuk meningkatkan penangkal nuklirnya dalam menghadapi tekanan AS yang "seperti gangster".
Meskipun militer Korea Selatan belum mengungkapkan secara pasti berapa jumlah tentara Korea Selatan dan AS yang berpartisipasi dalam Ulchi Freedom Shield, tetapi mereka menggambarkan pelatihan itu sebagai pesan kekuatan pertahanan.
Kementerian Pertahanan Seoul mengatakan pada pekan lalu bahwa Ulchi Freedom Shield dinilai "menormalkan" pelatihan skala besar dan latihan lapangan antara sekutu untuk membantu memperkuat aliansi mereka dan memperkuat postur pertahanan mereka terhadap ancaman Korea Utara yang berkembang.
Berbeda dengan pernyataan Korsel dan AS yang menggambarkan latihan mereka sebagai bentuk latihan pertahanan, Korea Utara justru menggambarkannya sebagai latihan invasi dan telah menggunakannya untuk membenarkan pengembangan senjata nuklir dan misilnya.