Bisnis.com, JAKARTA—Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) berkomitmen melakukan transformasi menyeluruh agar selalu melahirkan para pemimpin di bidang ekonomi dan bisnis yang inclusive, relevant dan reputable. Dengan nilai-nilai itu, para lulusan maupun akademisi FEB UI mampu mengawal berbagai tantangan, demi mendukung transformasi ekonomi Indonesia yang telah memasuki usia kemerdekaan 77 tahun.
Dekan FEB UI Teguh Dartanto mengatakan transformasi institusi [FEB UI] adalah keniscayaan, di mana FEB UI tidak bisa berlindung di bawah kebesaran masa lalu (history) dan kejayaan masa kini (recent legacy). Ini mengingat kebesaran dan kejayaan bersifat dinamis yang terus menerus perlu diperjuangkan.
“Kondisi sosial, politik dan lingkungan sudah berubah begitu cepat, organisasi pendidikan di luar sana sudah berbenah begitu cepat, sehingga FEB UI harus merapatkan barisan untuk bertransformasi diri dengan menjadikan capaian di masa lalu dan masa kini sebagai fondasi untuk membentuk masa depan yang cemerlang,” ujar Teguh menegaskan, dikutip Selasa (16/8/2022).
Tepat pada 17 Agustus tahun ini, Indonesia telah berusia 77 tahun. Pada usia ini, berbagai persoalan tengah dihadapi Republik, terutama tantangan pemulihan ekonomi pasca pandemi. Seperti diketahui, tantangan utama perekonomian dunia saat ini diistilahkan 5C, meliputi Covid-19, Conflict, Climate Change, Commodity Price, dan Cost of Living.
Problem konkretnya adalah stok dan harga pangan serta energi dunia mengalami kenaikan yang cukup signifikan akibat perang yang menganggu rantai pasok pangan serta energi global. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia harus selalu waspada dan mengambil langkah-langkah strategis untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan pangan serta energi nasional.
Melihat kondisi demikian, berbagai lembaga internasional pun merevisi proyeksi perekonomian dunia. Lembaga internasional seperti IMF dan World Bank memproyeksikan ekonomi global pada 2022 tumbuh masing-masing 3,6% dan 2,9%, turun dari proyeksi sebelumnya di awal tahun.
Baca Juga
Meskipun, indikator makro seperti pertumbuhan ekonomi domestik triwulan II/2022 tetap tumbuh 5,44% (yoy), jauh di atas capaian triwulan sebelumnya 5,01% (yoy), pemerintah tetap harus waspada dan berjaga-jaga gelombang resesi global yang akan melanda dunia.
Gejolak dan pelemahan ekonomi dunia akan berdampak besar kepada perekonomian nasional, sehingga otoritas fiskal, moneter, keuangan dan sektor riil harus berkoordinasi untuk melakukan intervensi yang terukur untuk menjaga resiliensi perekonomian nasional.
Berbagai pelajaran bisa dipetik dari kondisi karut marut akibat pagebluk global tersebut. Salah satu pelajaran berharga adalah inovasi, kreativitas, kolaborasi dan sinergi mutlak dibutuhkan untuk menghadapi goncangan dan resesi ekonomi global.
Berkaca dari kondisi global dan Indonesia, pandemi mengajarkan Indonesia harus melakukan transformasi pembangunan ke arah lebih inklusif, digital, hijau dan berkelanjutan. Pembangunan inklusif adalah pembangunan yang memperhatikan enam aspek: pro-poor, pro-job, pro-environment, pro-knowledge creation, pro-social cohesion, & pro-empowerment. Sedangkan, pembangunan yang hijau dan berkelanjutan adalah pembangunan yang mendorong ekonomi sirkular serta mendukung penanggulangan perubahan iklim.
Sehingga di tengah gelombang perubahan tersebut, lanjut Teguh, FEB UI sebagai entitas akademik Ilmu Ekonomi dan Bisnis tertua di Indonesia terpanggil memberikan kontribusi yang lebih besar. Sebagai institusi yang dilahirkan untuk mengisi Kemerdekaan sebagai “Jembatan Emas”, FEB UI selalu dituntut memperkokoh fondasi kemajuan Republik berusia 77 tahun ini.
Belajar pada situasi dan kondisi perekonomian yang telah berubah dipicu adanya digitalisasi dan pandemi, FEB UI berupaya menjadi benteng dan berkontribusi aktif bagi Indonesia dalam menjalankan berbagai agenda transformasi ekonomi.
Mengingat dunia bergerak penuh ketidakpastian, Teguh menegaskan kompleksitas perekonomian dan dunia bisnis Indonesia saat ini menuntut para ekonom dan pebisnis memiliki cara pandang dan berpikir yang lebih inklusif, integratif, fleksibel dan interdisiplin.
Untuk itu, saat ini FEB UI tengah melakukan berbagai transformasi baik dari sisi kelembagaan, keilmuan, serta standardisasi moral intelektual agar mampu mengawal tantangan transformasi perekonomian nasional ke depan. “Kami selalu berupaya mendidik calon-calon pemimpin bisnis dan ekonomi nasional yang memahami nilai Inclusive, Relevant, dan Reputable,” tegas Teguh.
Karena, jelasnya, FEB UI meyakini dengan tiga nilai acuan tersebut, para lulusan maupun akademisi yang dihasilkan akan siap menghadapi gelombang perubahan yang jauh lebih cepat ke depan. “Mereka memiliki kemampuan untuk selalu menghasilkan solusi yang relevan terhadap berbagai permasalahan, serta menjunjung tinggi nilai-nilai inklusif yang sangat menghargai keberagaman dan kemajemukan selain juga senantiasa menjaga integritas dan kredibilitas,” tukas Teguh.
Selain itu, agar konsisten melakukan transformasi menyeluruh, FEB UI pun tengah menjalani proses akreditasi dan reakreditasi lembaga akreditasi internasional seperti AACSB, AMBA dan ABEST21 untuk seluruh program studi di lingkungan FEB UI. Association to Advance Collegiate Schools of Business (AACSB), lembaga akreditasi sekolah bisnis tertua di dunia berbasis di Amerika Serikat hanya memberikan akreditasi sekitar 5% dari ribuan sekolah bisnis di seluruh dunia.
FEB UI juga sedang melakukan reakreditasi di AMBA (The Association of MBAs (AMBA)), lembaga akreditasi berbasis di London, Inggris dan ABEST21 (The Alliance on Business Education and Scholarship for Tomorrow, a 21st century organization), lembaga akreditasi berbasis di Tokyo, Jepang.