Bisnis.com, JAKARTA--Wakil Presiden Kenya William Ruto memenangkan pemilu menurut penghitungan resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kenya.
Kendari demikian, berapa pejabat senior komisi itu tidak mengakui hasilnya sehingga memicu kekhawatiran akan kekerasan seperti yang terjadi sebelumnya.
Ruto sendiri memuji keputusan komisi pemilihan sebagai "pahlawan" setelah dia dinyatakan sebagai pemenang. Dia mengatakan: "Tidak ada yang melihat ke belakang. Kami melihat ke masa depan. Kami membutuhkan semua tangan untuk bergerak maju."
Pria berusia 55 tahun itu telah menjadikan perbedaan kelas ekonomi di Kenya sebagai isu utama kampanyenya untuk menjadi presiden kelima Kenya. Dia berjanji untuk memberi penghargaan kepada "pemulung" berpenghasilan rendah.
Dia juga mencemooh dinasti politik Kenya yang menjadi lawannya, Raila Odinga dan Presiden Uhuru Kenyatta, masing-masing putra wakil presiden dan presiden pertama negara itu seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Selasa (16/8).
Kenyatta, yang telah menjalani batas dua masa jabatannya sebagai presiden, berselisih dengan Ruto setelah pemilihan terakhir dan kali ini mendukung Odinga yang melakukan upaya kelimanya untuk memenangkan kursi kepresidenan.
Baca Juga
Begitu menjabat, Ruto harus menghadapi krisis ekonomi dan sosial di ekonomi paling maju di Afrika Timur itu. Warga Kenya yang miskin kian tertekan akibat dampak Covid-19 dan terpukul oleh kenaikan harga pangan dan bahan bakar global.
Kekeringan terburuk selama 40 tahun telah menghancurkan bagian utara negara itu dan membuat 4,1 juta orang bergantung pada bantuan pangan, sementara tingkat utangnya melonjak.
Ruto, yang memimpin partai Aliansi Kwanza Kenya, diduga mengalahkan pemimpin oposisi Odinga saat warga Kenya menunggu hasil akhir pemilihan yang diadakan hampir seminggu yang lalu.
Beberapa menit sebelum Ketua KPU Wafula Chebukati mengumumkan bahwa Ruto telah menang, wakilnya Juliana Cherera mengatakan kepada media di lokasi terpisah bahwa dia dan tiga komisioner lainnya tidak mengakui hasil tersebut.
"Kami tidak menyetujui hasil yang akan diumumkan, karena sifat buram dari tahap akhir pemilihan umum ini," katanya. Komisi Pemilihan Umum memiliki tujuh komisioner.
KPU telah melakukan banyak pemeriksaan dan keseimbangan untuk mencoba mencegah perselisihan seperti yang mengarah pada kekerasan di mana lebih dari 1.200 orang tewas setelah pemilu pada 2007. Sedangkan pada Pilpres 2017, lebih dari 100 orang tewas setelah Mahkamah Agung membatalkan hasil awal karena penyimpangan dalam proses pemilihan umum.