Bisnis.com, JAKARTA – Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril menjelaskan masyarakat memiliki sertifikat vaksin booster padahal belum disuntik. Menurutnya, hal itu disebakan petugas salah input nomor induk kependudukan (NIK).
Bahkan, ujarnya, salah input satu angka saja, bisa menyebabkan salah tercantum di PeduliLindungi.
Dia mengimbau agar masyarakat yang melakukan vaksinasi agar juga membantu dalam memastikan petugas menginput data yang benar. Kontrol dan cek selalu data saat akan diinput, baik sebelum maupun sesudah vaksinasi.
"Jika ada kesalahan untuk kasus seperti ini, bisa hubungi nomor WA Kemenkes 0811 10 500 567, pilih data vaksinasi, vaksin di Indonesia, pilih NIK sudah vaksinasi dan sampaikan ke petugas untuk diselesaikan, atau kalau masih terjadi lagi dapat melaporkan ke polisi,” tuturnya, Kamis (4/8/2022).
Syahril pun memastikan pemberian vaksinasi Covid-19 dosis keempat atau booster kedua akan diprioritaskan kepada tenaga kesehatan (nakes) sebagai kelompok prioritas. Masyarakat umum bakal ikut disuntik booster kedua, apabila prioritas utama telah selesai disuntikkan.
"Kelompok risiko tinggi lainnya akan menyusul nanti, seperti usia lanjut dan komorbid, sedangkan untuk masyarakat kita tunggu dulu karena priortias kita saat ini kan vaksin booster yang pertama (dosis ketiga) baru 27,22 persen," ujarnya.
Baca Juga
Dia melanjutkan, bahwa target cakupan vaksinasi Covid-19 booster pertama di masyarakat juga berada di angka 50 persen, bahkan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin meminta sampai 70 persen.
“Jadi fokus kita saat ini sama-sama kita meningkatkan minimal 50-70 persen," katanya.
Syahril menjelaskan, vaksinasi Covid-19 booster pertama bagi nakes sudah dimulai sejak 9--12 bulan lalu, padahal tingkat antibodi dari vaksin menurun dalam hitungan beberapa bulan sejak suntikan vaksin Covid-19 terakhir.
Alhasil, kini nakes sebagai garda terdepan kini menjadi prioritas sasaran vaksinasi Covid-19 booster kedua.
"Ini [booster kedua] diberikan kepada nakes yang 1,9 juta [nakes] itu karena apa? Pertama, tenaga kesehatan kita sudah 9—12 bulan lalu melakukan booster pertama sehingga efektivitas antibodinya menurun, sedangkan subvarian baru kemampuannya menghindari dari antibodi tadi dia bisa meloloskan dan orang bisa sakit. Karena itu apalagi kalau antibodinya sedikit atau berkurang, sekarang diberikan nanti agar antibodinya naik lagi," tuturnya.