Bisnis.com, JAKARTA - Para pengunjuk rasa menduduki istana Presiden Gotabaya Rajapaksa sampai presiden Sri Lanka mengundurkan diri dan keluar dari istana.
Mengutip dari Times of India, Senin (11/7/2022), hingga kini keberadaan presiden tidak diketahui, tetapi sebuah pernyataan dari kantornya mengatakan dia memerintahkan orang-orang untuk mengirimkan gas air mata ke publik.
Oposisi Sri Lanka berkumpul untuk menunjuk pemerintah baru di tengah gejolak. Partai-partai oposisi Sri Lanka menyepakati pemerintahan baru. Lantas, siapakah?
Sri Lanka telah mengalami hari-hari yang dramatis hingga krisis ekonomi selama berbulan-bulan. Banyak pengunjuk rasa yang menyerbu rumah pemimpin negara dengan marah-marah. Warga Sri Lanka marah karena krisis ekonomi dan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Ketua parlemen sebelumnya mengatakan Presiden Sri Lanka Rajapaksa akan mengundurkan diri pada hari Rabu, setelah ribuan pengunjuk rasa menyerbu kediaman resmi presiden.
Video - #WWE Wrestling on Prime Minister's bed at Temple Trees ????#LKA #SriLanka #SriLankaCrisis #SriLankaProtests pic.twitter.com/5f2zE9uqLD
— Sri Lanka Tweet ???????? ???? (@SriLankaTweet) July 10, 2022
Ini Penyebab Krisis Ekonomi Sri Lanka
Krisis ekonomi Sri Lanka terjadi pada 2019 akibat tumpukan utang luar negeri yang besar, lalu diperburuk oleh pandemi Covid-19 pada awal 2020 yang menghancurkan industri pariwisata, hingga akhirnya ekonomi Sri Lanka bergerak menuju inflasi.
Dengan kondisi ekonomi yang tidak membaik, membuat perdana Menteri sebelumnya, yaitu Mahinda Rajapaksa mengundurkan diri akibat protes besar-besaran yang dilakukan warga Sri Lanka.
Dua hari setelah pengunduran diri Perdana Menteri pada tanggal 9 Mei, terjadi kerusuhan antara warga sipil, warga pro-pemerintah dan aparat. Hingga akhirnya pemerintah mengirim militer dengan perintah tembak di tempat untuk mengekang kerusuhan sipil.
Krisis ekonomi di Sri Lanka pun terus berlanjut dengan menghadapi pemadaman listrik, akses media sosial terbatas dan jam malam yang diberlakukan dalam beberapa bulan terakhir.
Sementara itu, nilai rupee Sri Lanka masih sangat rendah sehingga orang tidak mampu membeli kebutuhan dasar atau mengakses layanan. Akhirnya pada Jumat (17/6/2022) Sri Lanka mengumumkan bahwa mereka hanya memiliki stok bahan bakar hanya untuk lima hari saja dibarengi kekurangan kebutuhan pokok yang membuat hampir 22 juta penduduknya berada dalam kesulitan.