Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Boris Johnson Mundur dan Kontroversinya di Panggung Politik Inggris

Sosok Boris Johnson dikenal politkus Partai Konservatif yang unik. Sering terlibat kontroversi hingga akhirnya 'dipaksa mundur' dari jabatannya sebagai Perdana Menteri Inggris.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memberikan pernyataan pers di halaman kantornya di Jalan Downing Nomor 10, London, Inggris, Kamis (7/7/2022). Boris Johnson menyatakan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Perdana Menteri Inggris, menyusul desakan dan seruan dari rekan-rekan menteri dan anggota parlemen di Partai Konservatifnya, seperti yang dilansir Kantor Berita Reuters Kamis (7/7) waktu setempat. ANTARA FOTO/REUTERS/Peter Nicholls/wsj.rnrn
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memberikan pernyataan pers di halaman kantornya di Jalan Downing Nomor 10, London, Inggris, Kamis (7/7/2022). Boris Johnson menyatakan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Perdana Menteri Inggris, menyusul desakan dan seruan dari rekan-rekan menteri dan anggota parlemen di Partai Konservatifnya, seperti yang dilansir Kantor Berita Reuters Kamis (7/7) waktu setempat. ANTARA FOTO/REUTERS/Peter Nicholls/wsj.rnrn

Bisnis.com, JAKARTA—Pengumuman pengunduran diri Perdana Menteri (PM) Boris Johnson kini menyisakan pekerjaan rumah bagi Partai Konservatif, penguasa parlemen Inggris saat ini.

Hanya saja, proses mundurnya Johnson dalam tatanan politk Inggris tidak berarti dia bisa langsung meninggalkan kantornya di Downing Street No10. Dia akan mundur sebagai perdana menteri Inggris setelah ada penggantinya.

Kalau hal itu terjadi maka dalam enam tahun ini Inggris telah diperintah oleh tiga perdana menteri setelah Johnson, tokoh Brexit, mengambilalih pemerintahan dari Theresa May pada 2019 lalu.

Dalam teori politik Inggris, perdana menteri bisa mengundurkan diri segera dan seorang tokoh kunci bisa mengambil alih jabatan itu.

Dalam sistem parlementer, Johnson sebenarnya juga bisa digulingkan dengan mosi tidak percaya di parlemen, tetapi skenario ini tidak mungkin dilakukan saat ini karena lebih dari 60 pejabat penting dan menterinya sudah terlanjur mengundurkan diri.

Karena itulah rakyat Inggris menunggu PM baru melalui pemilihan kepemimpinan internal menggantikan Johnson sebagai pemimpin partai meski harus menunggu beberapa bulan.

Akan tetapi, hal yang paling menarik dari dinamika politik di Inggris bukanlah soal siapa yang akan menggantikannya karena proses tersebut telah diserahkan ke Partai Konservatif.

Pemberitaan media massa global malah lebih banyak menyoroti perilaku sang perdana menteri yang suka “melawan arus” dan sejumlah skandal yang menyertainya hingga para menterinya sendiri tidak percaya lagi pada kepemimpinan Johnson.

Skandal dan Kontroversi Johnson

Sempat dikenal sebagai politisi yang punya 'sentuhan emas', Johnson sering menabrak aturan dan konvensi politik normal yang berlaku baginya.

Skandal demi skandal menerpa, namun dia terus saja selamat. Karier politiknya seakan tidak ada matinya karena dia memang bukan politisi biasa.

Rambutnya pirang dan terlihat tak pernah rapi dan acak-acakan menjadi ciri khasnya.

Gayanya yang khas itu pula yang membuatnya bisa masuk ke kantong-kantong pemilih yang selama ini tak bisa dimasuki politisi lain.

Johnson dua kali memenangi pemilihan wali kota London, area yang banyak didiami oleh pemilih Partai Buruh, sementara dia saat itu adalah wakil dari Partai Konservatif.

Pada pemilu nasional 2019, Johnson dan Partai Konservatif menang besar, yang meneguhkan Johnson sebagai politisi "dengan sentuhan emas".

Nama Johnson adalah jaminan "kemenangan politik" hingga kemudian pandemi Covid mendera.

Akan tetapi bukan kebijakan pemerintah yang menjadi sorotan saat pandemi melanda, tetapi perilaku Johnson, yang pada akhirnya membuatnya harus menamatkan karier politik di posisi puncak.

Saat seluruh penjuru negeri di-lockdown, ada pesta-pesta di kediaman resminya di Downing Street, London, yang memunculkan tuduhan serius bahwa dia tak layak menjadi pemimpin negara. Bukan sekali itu saja dia menghadapi tuduhan serius semacam itu.

Raja Dunia yang Urakan

Seperti dikutip BBC.com, Jumat (8/7/2022), dia terlahir dengan nama Alexander Boris de Pfeffel Johnson. Saat kecil, ia sudah menarik perhatian teman-temannya dengan sesumbar bahwa suatu saat nanti ia akan menjadi "raja dunia".

Dia lahir di New York, Amerika Serikat, dari orang tua kelas atas Inggris dan punya lima saudara, kandung dan tiri.

Masa kecilnya dihabiskan di kawasan Inggris barat daya, di rumah keluarga yang berada di kawasan Taman Nasional Exmoor.
Pada 1970-an dia pindah ke Brussels, Belgia, mengikuti sang ayah, Stanley Johnson yang menjadi pejabat Komisi Eropa.

Dia sempat bersekolah di ibu kota Belgia ini.
Pada 1973, orang tuanya bercerai dan dia kembali ke Inggris dan kemudian mendapatkan bea siswa ke salah satu sekolah swasta paling prestisius di Inggris, Eton.

Karakter Johnson sebenarnya "sudah bisa dibaca" saat ia bersekolah di Eton. Kepala sekolah dan guru-gurunya menggambarkan Johnson sebagai sosok yang "bisa membawa perubahan, jenaka, tetapi juga gila".

Dia juga "marah jika dikritik, padahal kritik itu untuk membuatnya lebih bertanggung jawab". Dia juga digambarkan sebagai "sosok yang menganggap aturan umum tak berlaku baginya".

Dari Eton, Johnson melanjutkan studi ke Universitas Oxford. Bidang yang dia tekuni adalah bahasa, kesusastraan, sejarah, arkeologi, dan filsafat Romawi dan Yunani kuno.

Di sini dia kemudian menjadi presiden organisasi kemahasiswaan kenamaan yang didirikan pada 1823.

Dia tercatat menikahi sesama mahasiswa Oxford, Allegra Mostyn-Owen, yang juga dikenal sebagai model.

Andrew Gimson, yang menulis biografi Johnson, mengatakan di acara pernikahan, Johnson hadir dengan pakaian yang keliru dan cincin kawinnya hilang satu jam setelah pernikahan.

Akan tetapi pernikahan ini hanya bertahan kurang dari tiga tahun.

Dia kemudian lulus kuliah dan menekuni karier sebagai wartawan di London dengan menjadi reporter muda di koran The Times. Namun dia kemudian diberhentikan gara-gara memalsukan kutipan.

Koran The Daily Telegraph, yang ketika itu dipimpin Sir Max Hastings, merekrutnya menjadi wartawan di Brussels.

Dari Telegraph ia menjadi pemimpin redaksi majalah politik Spectator pada 1999, media yang berhaluan kanan.

Dua tahun kemudian ia masuk ke politik dengan memenangkan kursi parlemen untuk daerah Henley, di Oxfordshire. Ini adalah daerah pemilihan yang dikenal sebagai kantong Partai Konservatif.

Pada periode ini, dia menikahi Marina Wheeler, pengacara sukses dan kawan kecilnya saat bersekolah di Brussels.

Dari perkawinan dengan Wheeler, lahir anak-anaknya, Lara Lettice, Milo Arthur, Cassia Peaches dan Theodore Apollo.

Di bawah kepemimpinan Michael Howard, Johnson menjadi menteri bayangan di Partai Konservatif, namun dipecat setelah berbohong soal klaim perselingkuhan yang ia lakukan.

Tetapi, satu tahun kemudian dia kembali masuk ke kabinet bayangan saat Partai Konservatif dipimpin oleh nakhoda baru, David Cameron.

Keduanya sama-sama mengenyam pendidikan di Eton dan Universitas Oxford. Cameron lebih muda dan Johnson menggambarkan fakta bahwa Cameon yang lebih muda darinya sebagai "trauma pribadi".

Pada 2007 Johnson mencalonkan diri sebagai wali kota London dari Partai Konservatif. Di luar dugaan, dia menang dengan meraup lebih dari satu juta suara dan terpilih kembali empat tahun kemudian.

Dari wali kota, dia melanjutkan karier sebagai anggota parlemen dari daerah pemilihan Uxbridge dan Ruislip Selatan.

Namanya kemudia meredup, namun referendum Uni Eropa membuat namanya masuk ke halaman depan koran-koran di Inggris. Makum, dia memimpin kampanye agar Inggris keluar dari Uni Eropa yang ternyata menang di referendum.

Brexit menjadi pukulan hebat bagi Cameron yang mengkampanyekan Inggris tetap menjadi anggota Uni Eropa. Dia pun mundur sebagai perdana menteri dan Partai Konservatif memerlukan pemimpin baru.

Johnson berupaya menjadi pemimpin partai namun kalah. Banyak pengamat yang menilai karier politik Johnson telah tamat.

Tetapi pemimpin baru, Theresa May, ternyata mengangkatnya sebagai menteri luar negeri.
Penunjukan yang dianggap kontroversial karena di masa lalu Johnson pernah mengeluarkan pernyataan yang menghina atau merendahkan pejabat negara lain atau negara-negara anggota Persemakmuran.

Pada 2018, dia mundur sebagai menteri, namun tetap menjadi anggota parlemen, untuk memprotes kebijakan Theresa May soal kesepakatan Brexit.

Instabilitas kembali melanda Partai Konservatif yang memaksa May mundur sebagai ketua partai dan sebagai perdana menteri.

Lagi-lagi, partai membutuhkan bos baru dan kali ini Johson sukses menjadi ketua partai, posisi yang mengantarkannya sebagai perdana menteri Inggris.

Akan tetapi, berselang dua stengah tahun dia harus mengundurkan diri yang membuat Inggris diperintah tiga perdana menteri dalam enam tahun ini.

Akan tetapi ada adagium di panggung politik: Jangan pernah mengatakan tidak mungkin.
Jadi, mungkin saja Johnson suatu saat nanti akan kembali menjadi aktor utama di panggung politik Inggris

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper