Bisnis.com, JAKARTA - Boris Johnson menyatakan mengundurkan diri sebagai pemimpin Partai Konservatif dan mundur sebagai Perdana Menteri (PM) Inggris setelah ada penggantinya. Akan tetapi, Bagaimanakah proses suksesi itu dilakukan?
Dalam teori politik Inggris, perdana menteri bisa mengundurkan diri dan seorang tokoh kunci bisa mengambil alih jabatan itu.
Meski ada seruan agar anggota parlemen senior yang juga mantan PM Inggris John Major untuk mengambilalih jabatan itu, indikasi ke arah itu tidak ada hingga kini.
Boris Johnson sebenarnya juga bisa digulingkan dengan mosi tidak percaya di parlemen, tetapi hal itu bergantung pada anggota parlemen Partai Konservatif yang mendukung mosi dari oposisi dan memberikan suara menentang pemerintah mereka sendiri.
Skenario ini tidak mungkin dilakukan saat ini seperti dikutip BBC.com, Jumat (8/7/2022).
Jadi, jalan yang paling mungkin untuk menemukan PM baru adalah pemilihan kepemimpinan internal menggantikan Johnson sebagai pemimpin partai.
Baca Juga
Prosesnya bisa berlangsung hingga Oktober, meski bisa lebih singkat. Ketika pergantian Theresa May sebagai pemimpin hanya memakan waktu dua bulan.
Dua Bagian
Proses penentuan pemimpin Partai konservatif dibagi menjadi dua bagian.
Pada fase pertama, para anggota parlemen memangkas daftar rekan-rekan yang mengajukan nama untuk menjadi kandidat dalam serangkaian pemungutan suara hingga tersisa dua kandidat terakhir.
Kemudian, kedua kandidat utama akan dipilih di dalam partai untuk menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin berikutnya.
Menteri Pertahanan Ben Wallace, Menteri Perdagangan, Penny Mordaunt, dan mantan Menteri Keuangan Rishi Sunak termasuk di antara calon yang disebut-sebut sebagai pengganti Johnson.
Akan tetapi, anggota parlemen Partai Konservatif, Tom Tugendhat telah menyatakan maju sebagai kandidat pertama pengganti PM Inggris Boris Johnson yang telah mengumumkan pengunduran dirinya.