Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyatakan kurikulum darurat yang diterapkan pada 2020 sukses mengatasi hilangnya pengetahuan dan kemampuan siswa atau learning loss selama pandemi Covid-19.
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek Nino Aditomo mengungkapkan karena pandemi, pelajar di Indonesia kehilangan setidaknya lima sampai enam bulan masa belajar.
Oleh karena itu, Kemendikbudristek mengeluarkan opsi tiga pilihan kurikulum kepada satuan pendidikan, salah satunya kurikulum darurat.
"Ternyata penggunaan kurikulum darurat, itu efeknya sangat positif," ungkap Nino dalam Rapat Panja Kebijakan Kurikulum Komisi X DPR, Selasa (5/7/2022).
Dia menjelaskan, kurikulum darurat adalah penyerderhanaan materi esensial dari kurikulum 2013.
Penyederhanaan ini dilakukan karena banyak pengajar yang mengeluh kurikulum 2013 terlalu banyak materi. Saat diberi opsi, sekitar 31,5 persen sekolah memilih menggunakan kurikulum darurat.
Baca Juga
Setelah satu tahun penerapan, riset Kemendikbudristek mengungkapkan kurikulum darurat sukses memitigasi learning loss secara signifikan. Misalnya, untuk literasi 73 persen teratasi dan untuk numerasi 85 persen teratasi.
Nino mengatakan angka tersebut melebihi ekspektasi. Menurutnya, kesuksesan kurikulum darurat karena tak memaksakan untuk mengajar banyak materi.
"Guru merasa terbantu dengan kurikulum darurat, karena ada waktu memperhatikan proses belajar siswanya," jelas Nino.