Bisnis.com, JAKARTA - Presiden China Xi Jinping mengatakan perang Rusia vs Ukraina telah membunyikan alarm bagi kemanusiaan. Meski demikian, pernyataan tersebut diungkapkan Xi tanpa memberikan indikasi bagaimana masalah perang tersebut dapat terselesaikan.
Diketahui, Beijing memang menolak mengutuk invasi Moskow ke Ukraina pada 24 Februari dan mengutuk sanksi yang dipimpin Amerika Serikat terhadap Rusia, bahkan ketika China berusaha mempertahankan hubungannya dengan Ukraina.
"Negara-negara akan mengalami masalah keamanan jika mereka secara membuta terlalu percaya pada kekuatannya sendiri, melakukan ekspansi dalam aliansi militer, dan hanya memikirkan keselamatan diri sendiri dengan merugikan negara lain,” kata Xi menurut media pemerintah yang dilansir dari aljazeera.com (23/6/2022).
Presiden China, yang tidak mengusulkan solusi apapun ini memang berbicara pada pembukaan forum bisnis virtual menjelang KTT ke-14, negara-negara Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (BRICS).
Meski demikian, Brasil, India, dan Afrika Selatan juga tidak mengutuk Moskow atas invasinya ke Ukraina. Adapun, Xi menggambarkan sanksi tersebut sebagai “bumerang dan pedang bermata dua”. Perang Rusia vs Ukraina hanya akan berakhir dengan merugikan kepentingan sendiri serta orang lain, hingga menimbulkan penderitaan pada semua orang.
Seiring dengan AS, Inggris dan Uni Eropa, serta negara-negara termasuk Asia Jepang, Korea Selatan dan Singapura telah menjatuhkan sanksi kepada Rusia.
Baca Juga
Presiden Brasil Jair Bolsonaro dengan nada diplomatisnya dalam pidato singkatnya yang direkam ke forum pun mengungkapkan terkait hasil pemerintahannya tanpa menyebut negara lain.
“Konteks internasional saat ini menjadi perhatian karena adanya risiko arus perdagangan dan investasi terhadap stabilitas rantai pasokan energi dan investasi,” katanya.
Dia melanjutkan tanggapan Brasil terhadap tantangan ini bukanlah untuk menutup diri. Sebaliknya, Brasil telah berusaha untuk memperdalam integrasi ekonomi negara tersebut.
Kebijakan luar negeri China yang semakin tegas dan dorongan untuk mendominasi pasar global telah memicu reaksi balik di AS, Eropa, dan di tempat lain, termasuk seruan untuk mengganti pemasok China dan mengurangi ketergantungan pada ekonomi China.
Xi, yang telah membangun hubungan dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, menyerukan negara-negara untuk bekerja sama dalam masalah tersebut, upaya untuk “membangun halaman kecil dengan tembok tinggi” tanpa mendukung kepentingan siapapun.
"Perekonomian global adalah syarat objektif untuk pengembangan pasukan yang produktif dan tren sejarah tak terhindarkan. Mundur dalam sejarah dan mencoba menghalangi jalan orang lain, pada akhirnya hanya akan menghalangi jalan Anda sendiri," kata Xi.