Bisnis.com, JAKARTA - Pasukan Rusia menguasai lebih dari dua pertiga kota utama Sievierodonetsk, sementara Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy mengakui pasukannya rata-rata tewas 100 orang dan luka-luka 500 orang perhari.
Dengan pertempuran jalanan yang sengit di Sievierodonetsk, para pejabat Barat menyatakan bahwa kota Sloviansk kemungkinan akan jadi target serangan Rusia berukutnya setelah Sievierodonetsk.
Pasukan Vladimir Putin dilaporkan mencatat kemajuan dalam dua minggu terakhir saat Amerika Serikat (AS) mengumumkan akan mengirim sistem roket canggih ke Kiev.
Saat mengonfirmasi kemajuan terbaru di Sievierodonetsk, sebuah kota strategis penting di timur Ukraina, gubernur regional Luhansk, Serhiy Haidai mengatakan bahwa Rusia telah mengendalikan 70 persen kota itu.
“Sayangnya, hari ini, pasukan Rusia menguasai sebagian besar kota,” kata Haidai. Beberapa pasukan Ukraina telah mundur ke posisi yang lebih menguntungkan yang telah dipersiapkan sebelumnya, katanya seperti dikutip TheGuardian.com, Kamis (2/6/2022).
Haidai juga mengatakan "cukup banyak" warga sipil berlindung di tempat perlindungan bom era Soviet di bawah pabrik kimia di kota itu. Namun, kompleks itu tidak mungkin menjadi lokasi pengepungan berkepanjangan yang serupa dengan pabrik baja Azovstal di Mariupol.
Baca Juga
Ukraina menyatakan pada hari Selasa (31/5/2022), bahwa pasukan Rusia telah menyerang tangki yang mengandung asam nitrat di sebuah pabrik kimia Sievierodonetsk.
Zelenskyy dalam sebuah wawancara dengan saluran TV US Newsmax mengatakan, situasinya sangat sulit dan pihaknya kehilangan 60-100 tentara per hari yang tewas dan sekitar 500 orang terluka.
“Jadi kami mempertahankan batas pertahanan terkhir kami, katanya,” ujarnya.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden mengumumkan pasokan sistem roket canggih yang disebut Himars serta amunisi yang dapat menyerang dengan tepat sasaran jarak jauh Rusia sebagai bagian dari paket senjata senilai $700 juta (£560 juta) yang diharapkan akan segera digunakan.
“Kami telah bergerak cepat untuk mengirim ke Ukraina sejumlah besar persenjataan dan amunisi sehingga dapat berperang di medan perang dan berada dalam posisi terkuat di meja perundingan,” tulis Presiden AS dalam sebuah opini di New York Times.