Bisnis.com, JAKARTA - Epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia Dicky Budiman meminta pemerintah agar lebih berhati-hati dalam memilih narasi penyampaian pesan pelonggaran melepas masker di area terbuka.
Menurutnya, komunikasi kebijakan pelonggaran masker jangan sampai disalahartikan masyarakat menjadi euforia yang berlebihan, sebab protokol kesehatan (prokes)n pada umumnya tetap harus dilakukan.
"Penggunaan masker ini kita harus sangat hati-hati, terutama dalam menarasikannya. Jangan sampai membangun euforia atau percaya diri berlebihan yang akhirnya membuat kita abai dan merugikan kita sendiri," katanya kepada Bisnis, Rabu (18/5/2022).
Dicky melanjutkan, perkembangan pandemi Covid-19 secara global tengah meningkat lagi. Bahkan, dikabarkan ada bermunculan sejumlah mutasi varian baru.
"Di Australia sudah melonggarkan pembukaan masker karena cakupan vaksinasi dosis ketiga atau boosternya sudah 70 persen, sedangkan Indonesia kan belum, jadi harus berhati-hati melihat situasi," imbuhnya.
Sementara itu, data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menunjukkan, pemerintah telah menyuntikkan 199,644,471 orang (95.86 persen) vaksin dosis pertama dan 166,290,758 orang (79.85 persen) vaksin dosis kedua. Sayangnya, vaksinasi booster baru disuntikkan kepada 42,734,668 orang (20.52 persen) dari target 208,265,720 orang.
Baca Juga
Lebih lanjut, Dicky juga menilai kebijakan pelonggaran penggunaan masker terlalu terburu-buru dan justru bertolak belakang dengan pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu, yakni terkait masa transisi pandemi menuju endemi.
Diberitakan sebelumnya, Jokowi menyatakan bahwa masa transisi dari pandemi menjadi endemi adalah 6 bulan, dimana pemerintah akan terus memantau perkembangan kasus hariannya.
"Saya tidak ingin seperti negara lain yang langsung buka masker, tidak. Ini masih ada transisi kira-kira 6 bulan dan akan dilihat [perkembangan] seperti apa, baru nanti silakan kalau di luar ruangan lepas masker, tetapi di dalam ruangan masih pakai masker. Ada tahapan, jadi tidak perlu tergesa-gesa,” kata Jokowi pada April lalu.
Sekadar informasi, Jokowi mengumumkan pelonggaran pemakaian masker bagi masyarakat saat beraktivitas di ruang terbuka dan tidak padat orang. Jokowi beralasan keputusan itu diambil karena kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia sudah semakin terkendali.
Meskipun demikian, kebijakan ini tidak berlaku bagi masyarakat yang masuk dalam kelompok rentan seperti lansia dan berpenyakit penyerta atau komorbid serta mereka yang sedang tidak fit.