Bisnis.com, JAKARTA – Pandemi Covid-19 belum berakhir, masyarakat digemparkan dengan temuan kasus hepatitis akut misterius yang telah terjadi pada anak usia 1 bulan sampai dengan 16 tahun.
Kepala Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban dalam media sosial Twitter @ProfesorZubairi menyampaikan bahwa seluruh dunia termasuk Indonesia tengah menyelidiki kasus tersebut.
“Apa penyebab hepatitis misterius ini? Para ahli sedang menyelidiki, termasuk di Indonesia. Sebagian ketemu Adenovirus 41, sebagian ketemu SARS-CoV 2, sebagian kombinasi dua virus itu, dan masih mungkin dipicu penyebab lain,” cuitnya melalui akun Twitter @ProfesorZubairi, Senin (2/5/2022).
Zubairi menjelaskan, adenovirus merupakan jenis virus umum yang menyebabkan berbagai penyakit seperti pilek, demam, sakit tenggorokan, bronkitis, pneumonia, dan diare. Lebih lanjut, sejauh ini Adenovirus 41 belum pernah terkait dengan hepatitis, dan patogen umum ini biasanya bisa sembuh sendiri.
Melansir dari keterangan resmi Kementerian Kesehatan, Minggu (1/5/2022), Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO pertama kali menerima laporan pada 5 April 2022 dari Inggris Raya mengenai 10 kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis of Unknown Aetiology) pada anak-anak usia 11 bulan-5 tahun pada periode Januari hingga Maret 2022 di Skotlandia Tengah.
“Seberapa serius hepatitis misterius ini? Amat serius, karena beberapa anak meninggal. Bahkan 10 dari 145 pasien dengan hepatitis akut ini memerlukan transplantasi hati (di Inggris),” lanjut Zubairi.
Pasalnya, belum ada diagnosa pasti terkait kasus tersebut. Sejauh ini tidak ditemukan virus hepatitis tipe A, B, C, D, dan E pada anak yang mengalami hepatitis akut.
Sementara itui, Adenovirus terdeteksi pada 74 kasus di luar negeri yang setelah dilakukan tes molekuler, teridentifikasi sebagai F type 41. SARS-CoV-2 ditemukan pada 20 kasus, sedangkan 19 kasus terdeteksi adanya ko-infeksi SARS-CoV-2 dan adenovirus.
“Belum ada tes yang memastikan. Tapi syaratnya adalah pasien harus negatif terhadap virus hepatitis A, B, C, D, E dan dengan kadar enzim transaminase lebih dari 500 unit per liter,” kata Zubairi.
Sebagian besar anak-anak yang terdeteksi hepatitis akut tersebut mengalami masalah gastrointestinal (pencernaan), diikuti dengan penyakit kuning. Meski dikaitkan dengan vaksinasi Covid-19, Zubairi menyebutkan sebagian besar anak-anak yang terkena hepatitis misterius ini justru belum menerima vaksinasi Covid-19.
Kementerian Kesehatan RI sedang berupaya untuk melakukan investigasi penyebab kejadian hepatitis akut ini melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengimbau kepada masyarakat untuk tetap berhati-hati dan menjaga protokol kesehatan selama kasus tersebut diselidiki.
“Selama masa investigasi, kami menghimbau masyarakat untuk berhati-hati dan tetap tenang. Lakukan tindakan pencegahan seperti mencuci tangan, memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih, tidak bergantian alat makan, menghindari kontak dengan orang sakit serta tetap melaksanakan protokol kesehatan,” kata Nadia dalam keterangan resmi Kemenkes, Minggu (1/5/2022).