Bisnis.com, JAKARTA – Kampanye Save The Children bertujuan untuk memastikan anak-anak dan keluarga terutama yang terdampak krisis iklim, guna memperkuat sistem dan perubahan iklim yang berpihak pada anak.
Selina Patta Sumbung, Ketua Pengurus Yayasan Save the Children Indonesia mengatakan bahwa penurunan emisi seharusnya berjalan beriringan dan saling melengkapi dengan upaya penurunan risiko dan meningkatkan kapasitas adaptasi pada anak.
“Untuk itu, Save the Children Indonesia menggandeng berbagai pihak dan KLHK serta Aliansi Jurnalis Independen (AJI) untuk bersama-sama melakukan aksi adaptasi melalui Aksi Generasi Iklim,” ungkapnya, Jumat (23/4/2022).
Dia mengungkapkan bahwa permasalahan iklim menjadi permasalahan yang riskan jika tidak cepat ditangani atau dibiarkan begitu saja. Secara nasional, hasil prediksi iklim sepuluh tahunan menunjukkan bahwa akan terjadi pengurangan jumlah curah hujan selama El Nino.
Berdasarkan prediksi peluang terjadinya peristiwa cuaca kering ekstrim pada 2020-2025, beberapa wilayah diperkirakan akan mengalami cuaca ekstrim di atas normal (Bappenas 2018).
Pada 2020, Laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terkait kejadian bencana menyebutkan terdapat sebanyak 4.650 total kejadian bencana alam dan 99,2 persen merupakan kejadian bencana yang berasosiasi dengan faktor iklim dan cuaca.
Dalam sesi diskusi pada kampanye ini juga menyinggung bagaimana peran pemerintah, media, komunitas lingkungan, dan public figure untuk dapat memberikan informasi lebih dalam dan juga mengenalkan permasalahan iklim kepada masyarakat luas.
Contohnya saja, dengan memberikan edukasi tentang permasalahan iklim akan membuat masyarakat akan sadar tentang masalah yang ada dan bisa membuat penanggulangan.
Cara ini digunakan agar kelak masalah ini tidak membuat generasi selanjutnya merasakan kepedihan seperti kekurangan air bersih, kemarau berkepanjangan, kekeringan, erosi dan abrasi pantai yang terjadi akibat permasalahan iklim yang semakin parah.