Bisnis.com, JAKARTA - Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia (RI) Jusuf Kalla mengungkapkan ironi jelang Pilpres 2024 dimana partai besar tidak memiliki calon yang kuat secara elektabilitas. Sementara, calon yang kuat justru tak punya dukungan partai.
Dia mengatakan situasi politik jelang Pilpres 2024 bukan memanas, tetapi justru romantis. Hal itu mengingat partai dan tokoh politik mulai melakukan manuver jelang pesta demokrasi terbesar di Indonesia yang akan berlangsung beberapa tahun lagi.
"Politik juga sebenarnya tidak memanas karena mendekati pemilu 2024, bahkan lebih cocok disebut politik romantis yaitu saling mencari pasangan. Mereka saling lobby kiri-kanan sehingga sebenarnya situasi politik sedang aman dan tidak ada masalah yang timbul," ujarnya saat ditemui Bisnis di kediamannya di jalan Brawijaya, Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.
Meski demikian, Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) tersebut mengungkapkan adanya ironi jelang Pilpres 2024 jika dibandingkan dengan periode sebelumnya.
JK mempermasalahkan calon-calon yang memiliki elektabilitas tinggi saat ini justru tidak terafiliasi dengan partai politik.
"Namun, masalahnya partai besar tidak punya calon yang kuat secara elektabilitas, sedangkan yang kuat justru tidak memiliki partai. Sekarang romantisme politik akan mulai bergerak sekarang ini dan tahun ini menjadi fase romantisme politik," imbuhnya.
JK menilai calon-calon dengan elektabilitas tinggi di mata lembaga survei, antara lain Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, hingga Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo justru tidak memiliki dukungan dari partai-partai besar.
Sementara itu, PDI Perjuangan sebagai partai pemenang Pemilu justru saat ini belum memiliki calon kuat untuk menggantikan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Sebelumnya, elektabilitas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menguat berdasarkan hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) dengan tema Prospek Capres 2024.
Direktur Eksekutif SMRC Sirojudin Abbas mengatakan bahwa berdasarkan survei dalam pertanyaan semi terbuka dengan daftar 43 nama, Ganjar Pranowo mendapatkan 18,1 persen suara.
Di posisi kedua, ada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dengan suara 17,6 persen. Lalu, Anies Baswedan di angka 14,4 persen dan nama-nama lain di bawah 4 persen. Mereka yang belum menentukan pilihan ada 13,7 persen.
Dalam satu tahun terakhir, tambah Abbas, dukungan pada Ganjar dan Anies mengalami penguatan. Suara untuk Ganjar naik dari 8,8 persen pada survei Maret 2021 menjadi 18,1 persen pada Maret 2022.