Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hakikat dan Kunci Ibadah Puasa Ramadan Menurut Profesor Quraish Shihab

Profesor Quraish Shihab menjelaskan bahwa salah satu hakikat puasa adalah mengendalikan nafsu, bukan membunuh nafsu.
Presiden Joko Widodo (kiri) berbincang dengan Pengurus Pondok Pesantren Bayt Al Quran Prof Quraish Shihab saat berkunjung ke pesantren tersebut di Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (25/1/2019)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Presiden Joko Widodo (kiri) berbincang dengan Pengurus Pondok Pesantren Bayt Al Quran Prof Quraish Shihab saat berkunjung ke pesantren tersebut di Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (25/1/2019)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA - Profesor Quraish Shihab menjelaskan bahwa salah satu hakikat puasa adalah mengendalikan nafsu, bukan membunuh nafsu.

Mengendalikan nafsu adalah kunci utama dalam beribadah puasa.  

“Jadi nafsu itu dikendalikan bukan dibunuh atau dicegah sama sekali. Nah, puasa tujuannya untuk itu," kata Quraish dalam tayangan Shihab & Shihab (2) bertajuk Nafsu, dikutip dari nu.or.id, Kamis (7/4/2022).  

Dijelaskan, nafsu menjadi suatu kebutuhan bagi manusia. Misalnya, ketika mendapat kesulitan, kesusahan, nafsu dibutuhkan untuk kekuatan bertahan hidup.  

“Bukan mematikan, nafsu kita butuhkan. Ada penjajah memasuki negeri kita, nafsu amarah harus muncul untuk mengusirnya. Contoh lainnya adalah apabila kita lapar, maka kita membutuhkan nafsu makan, namun tetap harus dikendalikan,” jelas penulis Tafsir Al-Misbah itu.  

Alumni Universitas Al-Azhar Kairo itu menerangkan jenis-jenis nafsu yang termaktub dalam Alquran.

Pertama, nafsu muthmainnah (jiwa yang tenang). Nafsu jenis ini dikisahkan Nabi SAW kepada seorang mukmin yang senantiasa bersyukur dan bersabar.

 “Apapun yang terjadi dia tenang. Nabi melukiskan seorang mukmin itu selalu menakjubkan. Kalau dia mendapat nikmat bersyukur, kalau dia kena musibah dia bersabar, sehingga dirinya selalu tenang,” tutur Pendiri Pusat Studi Al Quran (PSQ) itu.  

Kedua, nafsu lawwamah atau nafsu yang selalu mengecam ketika melakukan dosa.

Dalam hal ini, nafsu yang menyadarkan seorang mukmin untuk tidak mengulangi keburukan yang sama.

Ketiga, adalah nafsu ammaratu bissuu atau nafsu yang selalu mendorong untuk berbuat buruk. Nafsu ini memiliki kriteria tak pernah puas/serakah.  

“Nafsu tersebut laiknya seorang anak kecil yang enggan disapih oleh ibunya. Manusia sebagai pengendali harus tegas dalam menghadapinya, semata-mata untuk kebaikan,” ucap penulis buku Membumikan Alquran itu.

Dia menegaskan, hanya dengan kekuatan jiwa seseorang, nafsu yang selalu mendorong kepada keburukan ini dapat terhalangi.

“Orang yang tidak kuat, itu menuruti nafsunya sehingga tidak memiliki kepuasan dalam dirinya,” tegas Quraish.

 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nancy Junita
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper