Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS Bakal Rayu China Agar Tidak Memasok Senjata ke Rusia

Pemerintah Amerika Serikat (AS) telah menerima laporan bahwa Rusia telah meminta senjata dari China untuk meningkatkan invasinya ke Ukraina.
Presiden China Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam pertemuan 2012 di Gedung Putih/ Bloomberg
Presiden China Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam pertemuan 2012 di Gedung Putih/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat (AS) akan mencoba merayu China untuk tidak memasok senjata ke Rusia pada pertemuan tingkat tinggi di Roma, Italia. Gedung Putih menganggap pertemuan ini sangat penting untuk membahas terkait perang Rusia vs Ukraina dan masa depan keseimbangan kekuatan global.

Jake Sullivan, Penasihat Keamanan Nasional AS, akan bertemu dengan rekanan dari China Yang Jiechi. AS menerima laporan bahwa Rusia telah meminta senjata dari China untuk meningkatkan invasinya yang goyah ke Ukraina.

Melansir dari The Guardian pada Senin (14/3/2022), berdasarkan sumber yang mengetahui rencana pertemuan Roma, Sullivan akan menunjukkan bahwa AS memberi tahu Beijing tentang niat Presiden Rusia Vladimir Putin beberapa bulan sebelum invasi.

Namun, kepemimpinan China mengabaikan peringatan itu, secara keliru percaya bahwa Putin menggertak untuk mendapatkan pengaruh.

Sullivan juga akan berargumen bahwa jika China memasok senjata ke Moskow, maka itu akan menjadi kesalahan bersejarah lebih lanjut dan titik balik dalam politik global.

Gedung Putih sangat ingin mencegah perang Ukraina lebih lanjut karena akan memperkuat pembagian dunia menjadi dua blok yang berlawanan.

Sullivan dan Jiechi juga akan menindaklanjuti kesepakatan yang dibuat Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping dalam pertemuan puncak secara virtual pada November, untuk meningkatkan komunikasi krisis antara kedua kekuatan nuklir tersebut.

“Kami juga mengamati dengan cermat untuk melihat sejauh mana China benar-benar memberikan segala bentuk dukungan (dukungan material atau dukungan ekonomi) kepada Rusia,” kata Sullivan kepada CNN yang dilansir pada Senin (14/3/2022).

Menurutnya, hal tersebut menjadi perhatian AS. Sullivan mengatakan pihaknya telah berkomunikasi dengan Beijing bahwa kami tidak akan berdiam diri dan mengizinkan negara mana pun untuk memberi kompensasi kepada Rusia atas kerugiannya akibat sanksi ekonomi.

Sullivan mengungkapkan AS telah menjelaskan kepada Beijing bahwa ‘benar-benar akan ada konsekuensi’ untuk upaya ‘skala besar’ dalam membantu Rusia menghindari sanksi.

Rusia juga telah meminta bantuan ekonomi China karena menghadapi sanksi barat yang berat, tetapi Sullivan mengatakan bahwa AS “berkomunikasi secara langsung, secara pribadi ke Beijing bahwa pasti akan ada konsekuensinya” jika China membantu Rusia menghindari sanksi.

Sejauh ini, China tidak mengutuk invasi Rusia dan telah abstain pada resolusi yang menyesalkan serangan di dewan keamanan dan majelis umum PBB.

Presiden China Xi Jinping pekan lalu menyerukan ‘pengekangan maksimum’ di Ukraina setelah pertemuan virtual dengan kanselir Jerman Olaf Scholz dan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Jinping juga mengatakan turut sedih melihat api perang menyala kembali di Eropa.

Selain itu, Presiden Jinping menyatakan keprihatinannya tentang dampak sanksi terhadap ekonomi global, dan pembatasan yang dikenakan sanksi barat terhadap kemampuan China untuk membeli minyak Rusia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : The Guardian
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper