Bisnis.com, JAKARTA – Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (Islamic Revolutionary Guard Corp/IRGC) mengaku bertanggung jawab atas serangan selusin rudal ke ibukota wilayah Kurdi yakni Erbil, di Irak Utara.
Seperti dilansir dari ABC News, IGRC mengatakan serangan itu menyasar kepada daerah pusat strategis Israel di Erbil, Irak pada Minggu (13/3/2022). Adapun, dalam sejumlah pemberitaan, setidaknya enam dari 12 rudal yang ditembakkan tersebut telah menghantam kantor konsulat Amerika Serikat.
"Setiap pengulangan serangan oleh Israel akan dibalas dengan tanggapan yang keras, tegas dan destruktif," kata ujar IGRC dalam keterangan resminya, Minggu (13/3/2022).
Adapun, seperti dilaporkan Bloomberg, serangan selusin rudal itu terjadi beberapa hari setelah IRGC bersumpah untuk membalas dendam setelah dua anggotanya tewas dalam serangan rudal Israel di dekat ibu kota Suriah, Damaskus pada 7 Maret 2022.
IGRC pun memperingatkan Israel, bahwa serangan yang lebih parah dan destruktif akan dikirimkan pihaknya.
Serangan itu juga mengikuti penangguhan negosiasi tidak langsung antara Iran dan AS yang bertujuan memulihkan kesepakatan nuklir 2015. Negosiasi itu berlangsung di tengah meningkatnya ketegangan antara Kremlin dan Gedung Putih atas perang Rusia di Ukraina.
Baca Juga
Sementara itu, kantor berita yang dikelola Pemerintah Iran, yakni Nour News juga melaporkan bahwa Teheran telah secara sepihak dan untuk sementara menangguhkan pembicaraan yang ditengahi Irak dengan Arab Saudi.
Sebelumnya, Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman mengatakan tidak ada yang terluka atau tewas dalam serangan rudal tersebut. Dia juga menyangkal laporan sebelumnya bahwa konsulat AS di Erbil adalah sasaran dari aksi serangan rudal tersebut.