Bisnis.com, JAKARTA –Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo membantah kabar miring soal adanya pemberian konsesi pengelolaan penambangan batu andesit di Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah kepada pihak ketiga.
Ganjar memaparkan bahwa sesuai dengan surat dari Dirjen Mineral dan Batu Bara (Minerba), proses penambangan akan dilakukan oleh pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Peruamahan Rakyat (PUPR).
"Karena dilakukan oleh pemerintah tidak masuk kategori pemberian izin, digunakan sendiri, bukan untuk proyek komersial," kata Ganjar dalam pertemuan dengan forum Pimred dikutip, Sabtu (19/2/2022).
Pernyataan Ganjar tersebut menutup celah mengenai spekulasi terkait adanya pihak yang diuntungkan dalam konflik antara pemerintah dengan warga penolak tambang.
Ganjar juga menjelaskan alasan pemerintah tetap ngotot untuk menambang batu andesit di Desa Wadas, Purworejo.
Selain telah melalui kajian komprehensif dari banyak ahli, penambangan di Wadas juga memperhitungkan aspek praktis dan ekonomis.
Baca Juga
Menurutnya, jarak antara Bendungan Bener dengan lokasi penambangan batu andesit relatif lebih dekat. Hal itu membuat wilayah Wadas menjadi tempat yang paling memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan material pembangunan Bendungan Bener.
Kendati demikian, Ganjar juga mengakui bisa saja pemerintah memperoleh batu andesit dari luar Wadas. Namun untuk mendapatkan batu dari tempat lain, selain jarak yang jauh, biayanya menjadi tidak efisien.
"Dari semua perhitungan teknis, itu kemudian ditentukan Wadas," ujarnya, Kamis (17/2/2022).
Ganjar menambahkan pemerintah tetap menargetkan Bendungan Bener tetap bisa diselesaikan sesuai target yakni pada tahun 2023. Pemerintah, kata dia, akan berupaya secepat mungkin untuk mengatasi masalah yang terjadi dalam pembangunan Bendungan Bener.
"Ya harus, harus selesai 2023," tukasnya.
Kebutuhan Batu Wadas
Kepala Bidang Pelaksana Jaringan Pemanfaatan Air Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak, Yosiandi Radi Wicaksono, mengatakan batu andesit itu dibutuhkan untuk struktur luar yang memperkuat konstruksi Bendungan Bener.
“Batu andesit ini nanti untuk bahan timbunan main dam Bendungan Bener. Jadi batu ini dimanfaatkan untuk timbunan batuan,” ucapnya dalam tayangan Top News Metro TV, dikutip pada Jumat (11/2/2022).
Dia menambahkan, menurut hasil kajian yang dilakukan sebelumnya, struktur geologi di kawasan Bendungan Bener tidak cocok dengan desain bendungan beton. Apalagi bendungan tersebut merupakan yang tertinggi di Indonesia, sehingga membutuhkan material penguat, seperti batuan andesit.
“Kondisi struktur geologi di main dam Bendungan Bener ini kurang cocok dengan desain bendungan beton. Hasil studi yang sudah dilakukan BBWS sebelumnya lebih cocok menggunakan timbunan batu andesit kurang lebih sekitar 8,5 juta meter kubik,” ucap Yosiandi.
Lebih jauh, berdasarkan hasil kajian pula, material batu andesit dari Desa Wadas dinilai sangat cocok untuk konstruksi bendungan tersebut.
Sementara itu, dalam berbagai refensi, tanah surga di Bumi Wadas mengandung sekitar 40 juta meter kubik batu andesit. Lokasinya juga tidak begitu jauh dari proyek Bendungan Bener yang mana berjarak sekitar 10-12 kilometer. Hal inilah yang membuat pelaksana proyek memilih melakukan penambangan terbuka di kawasan Desa Wadas.
“Kebutuhan kami untuk batuan andesit ini sekitar 8,5 juta meter kubik. Kebetulan hasil studi kami Desa Wadas memiliki tampungan batu andesit yang banyak, sekitar 40 juta meter kubik dan lokasinya yang terdekat dengan Bendungan Bener. Sebenarnya ada alternatif lain, selisih sekitar 5 km dan tampungannya tidak banyak. Maka berdasarkan alternatif studi itu kami kembali memutuskan memanfaatkan Desa Wadas untuk mengambil batu andesit,” jelasnya.
Dalam pelaksanaan penambangan nanti, pengelola proyek akan membangun jalan khusus untuk memudahkan distribusi batu andesit dari Desa Wadas ke bendungan. Jadi, nantinya akan ada jalur tersendiri yang menghubungkan tapak bangunan dengan Desa Wadas yang akan ditambang selama dua hingga tiga tahun ke depan.